Ganoderma adalah juga sebuah ciptaan Tuhan seperti mahluk lainnya. Jadi, jangan berpikir bahwa pada suatu saat Ganoderma itu dapat di basmi dari muka bumi ini. Tony Liwang, Direktur Riset SMART Tbk menyatakan hal ini.
Belajar dari penanganan hama dan penyakit tanaman saat ini di berbagai negara, pola pengendalian telah beralih menjadi pola bersahabat, bahkan dimanfaatkan sehingga selain tidak berdampak negatif terhadap tanaman yang diserang tapi justru dapat berdampak positif juga terhadap lingkungan yang berkelanjutan.
Sama halnya dengan penyakit manusia dan hewan, penyakit tanaman seperti Ganoderma perlu ditangani secara komprehensif, bukan hanya mempelajari dan mencoba memitigasi dampaknya terhadap sawit, tetapi juga mempelajari dan mengembangkan tanaman sawit yang lebih toleran.
Sudah cukup banyak karya ilmiah yang mempelajari penyebab dan gejala, pola penularan, dan kondisi agro-ekosistem dari Ganoderma boninense sp. Namun, masih belum banyak karya ilmiah yang didasarkan atas hasil penelitian tentang biodiversitas dari Ganoderma berdasarkan jenisnya (strain-nya), pola perkembangbiakannya, perilakunya, tingkat keganasannya (virulensi-nya), dan seterusnya.
“Kita disibukkan mencari fungisida dan bio-fungisida seperti Trichoderma sp., yang bertujuan utama untuk membasmi Ganoderma boninense sp. tanpa mengetahui terlebih dahulu jenis yang akan ditangani. Sudah saatnya kita teliti Ganoderma tersebut hingga ke jenis strain-nya bukan hanya pada tingkat species saja. Koleksi Ganoderma boninense sp. baik secara fenotipik maupun genotipik membuktikan bahwa spescies ini di Indonesia ternyata sangat beragam. Strain Ganoderma boninense sp di Riau mungkin berbeda dengan di Lampung misalnya, walaupun pada tingkat species masih relatif sama. Itulah mungkin salah satu penyebab mengapa penanganan dengan fungisida dan biofungsida hingga saat ini belum berdampak positif,” kata Tony.
Dengan analisis gen, keragaman genetik Ganoderma boninense sp dapat diketahui. Berdasarkan keragaman genetik tersebut nantinya dapat diidentifikasi pola genetik yang diinginkan, misalnya tingkat virulensinya dan lain lain.
Di satu sisi, perlu pemahaman secara genotipik yang mendalam tentang berbagai jenis strain Ganoderma boninense sp., sedangkan di sisi lain juga perlu penelitian yang intensif secara genotipik tentang tanaman sawit yang berkaitan dengannya.
Jika diketahui bahwa Ganoderma boninense sp. masih sangat beragam maka mungkin lebih efektif mencari tanaman sawit yang memiliki tingkat imunitas yang lebih tinggi terhadap serangannya.Itulah sebabnya pendekatan Genome Wide Association Selection (GWAS) dan Molecular Assisted Selection (MAS), dengan menggunakan perangkat peta genom perlu dikembangkan secepatnya. Pemanfaatan GWAS dan MAS ini tentu bukan hanya terhadap penanganan Ganoderma boninense sp. tetapi dapat pula digunakan untuk karakter-karakter lain yang diinginkan, misalnya tanaman sawit yang lebih tahan terhadap cekaman abiotic seperti kekeringan, dan lain-lain.
“Kita memang perlu terobosan dalam penelitian dan pengembangan tanaman sawit. Apalagi sawit merupakan tanaman tahunan yang dampak terhadap suatu cekaman baru dapat diketahui atau terlihat beberapa bulan atau tahun kedepan. Oleh karena itu, kita perlu memanfaatkan teknologi terkini untuk mempercepat temuan-temuan yang diharapkan. Ingat, Ganoderma boninense sp. juga ciptaan Tuhan, bersahabatlah untuk mendapatkan nilai tambah untuk kelestarian sawit kita,”, tegas Tony.