Bogor, mediaperkebunan.id – Ternyata perdebatan soal mana yang lebih sehat untuk dipergunakan dalam menggoreng makanan tidak hanya terjadi antara sesama produk minyak nabati saja, melainkan juga antara minyak nabati versus minyak hewani.
Perlu diketahui bahwa biasanya minyak hewani diwujudkan dalam bentuk produk mentega. Tapi minyak goreng yang berbahan dasar minyak hewani, termasuk yang berasal dari ikan, juga ada.
Menurut Ahli Gizi IPB University, Prof Muhammad Rizal Martua Damanik, seperti dikutip Mediaperkebunan.id dari laman resmi IPB University, Selasa (8/4/2025), mentega umumnya berasal dari lemak susu hewan, mengandung lemak jenuh tinggi dan berbentuk padat.
“Tapi ada juga mentega nabati yang berasal dari lemak tumbuhan. Mentega nabati ini biasanya untuk dikonsumsi elemen masyarakat yang tidak mengonsumsi daging atau disebut vegan butter,” beber Prof. Muhamad Rizal Martua Damanik.
Menurut pria yang berasal dari Provinsi Sumatera Utara (Sumut) ini, konsumsi mentega dan minyak dalam jangka panjang dapat memberikan dampak yang bervariasi terhadap kesehatan. Hal tersebut sangat bergantung pada jenis mentega atau minyak goreng apa yang dikonsumsi, berapa jumlah atau volumenya, serta bagaimana pola makan masyarakat secara keseluruhan sebagai konsumen.
“Terdapat perbedaan signifikan antara efek kesehatan yang ditimbulkan oleh minyak nabati dan minyak hewani, termasuk mentega,” ungkap Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat IPB University ini.
“Hal ini disebabkan karena komposisi lemak, asam lemak, serta kandungan zat gizi lainnya yang berbeda,” tutur Rizal Martua Damanik lebih lanjut.
Tetapi dirinya mengingatkan bahwa konsumsi minyak atau mentega dalam jangka panjang dapat memengaruhi kesehatan jantung, metabolisme, dan berat badan manusia.
“Serta berkontribusi pula pada kemungkinan munculnya peradangan dan risiko penyakit tertentu,” tutur Rizal Martua Damanik lebih lanjut.
Dia berpandangan bahwa konsumsi lemak, khususnya lemak jenuh dan trans, dalam jangka panjang yang tidak dibarengi dengan aktivitas fisik dan berolahraga secara teratur.
“Juga bisa berdampak pada risiko peningkatan penyakit kronis seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,” ungkap Rizal Martua Damanik lagi.
Lebih lanjut, Prof Rizal menjelaskan, mentega yang mengandung lemak jenuh berlebih dapat meningkatkan kolesterol dan risiko penyakit jantung. Sementara itu, minyak nabati seperti minyak zaitun dan alpukat mengandung lemak tak jenuh yang lebih sehat dan dapat mendukung kesehatan jantung.
Tetapi, konsumsi minyak yang tinggi lemak omega-6 atau lemak trans, seperti pada beberapa minyak goreng, dapat meningkatkan peradangan dan risiko penyakit kronis, termasuk kanker. Karena itu, ia menyarankan untuk mengutamakan minyak nabati yang lebih sehat dan membatasi konsumsi lemak jenuh dari minyak hewani.
“Pilihlah minyak yang lebih sehat dan konsumsi dalam jumlah moderat untuk menjaga keseimbangan gizi dan mendukung kesehatan jangka panjang,” jelasnya.
“Mengonsumsi minyak nabati yang kaya lemak tak jenuh dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung, kanker, dan memperbaiki kesehatan otak,” ujarnya menambahkan.
“Sementara bila kita mengonsumsi mentega dan minyak hewani, maka sebaiknya dijaga (kuantitas dan kualitasnya – red) agar tidak berlebihan,” tegas Prof Muhamad Rizal Martua Damanik.