MAKSI (Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia) sudah punya teknologi satu rangkaian alat pengolah TBS yang terdiri dari alat pelumat, pemeras dan pemurnian dengan kapasitas 10 ton/hari. Teknologinya rendah dan ramah lingkungan. Harganya sekitar Rp350 juta. Darmono Taniwiryono , Ketua Umum MAKSI menyatakan hal ini.
CPO yang dihasilkan oleh unit pemerasan ini adalah CPO kasar yang sudah ada pasarnya tersendiri. Dalam satu desa bisa ada banyak unit pemerasan seperti ini karena bisa dikelola oleh petani , yang mengolah TBS dari kebun sendiri. MAKSI menyediakan alat dan bimbingan bagi petani kelapa sawit yang ingin naik kelas supaya jangan jadi penjual TBS tetapi penjual CPO, meskipun CPO kasar.
Unit pemerasan ini karena skala UKM tidak perlu perizinan yang rumit, bukan pabrik tetapi unit pengolahan saja. Karena kapasitasnya sedikit maka limbah mudah diatasi.
Kalau petani ingin menghasilkan CPO sesuai standar maka bisa membawa CPO kasarnya ke pabrik permunian CPO. Di setiap kawasan (misalnya 3 desa) dibangun pabrik pemurnian CPO. Petani pemilik unit pemerasan bisa menjual CPO kasarnya menjadi CPO berkualitas prima di pabrik ini.
Petani juga menjual kernel ke pabrik ini untuk diolah jadi palm kernel oil dan cangkang. Sabut buah sawit juga dijual pada pabrik ini. Dengan demikian petani menjadi tidak lagi menjual TBS tetapi CPO kasar, kernel dan sabut buah sawit. Harga referensi TBS tidak berlaku bagi petani model ini.
Pabrik pemurnian CPO ini dibuat oleh BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi). Lembaga negara ini siap membimbing koperasi, gapoktan atau bumdes untuk membuat pabrik pemurnian CPO. Pabrik ini juga tidak menghasikan limbah cair.