Banten, mediaperkebunan.id – Majalah Sawit Indonesia kembali menggelar Workshop Jurnalis Promosi UKM Sawit bertajuk “Kolaborasi Media dan Pelaku UKM Sawit untuk Indonesia Emas 2045” di Hotel Santika BSD City, Banten. Kegiatan ini terselenggara atas dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan menjadi bagian dari rangkaian workshop yang telah digelar di berbagai kota seperti Madiun, Solo, dan Malang. Setelah Banten, rencananya kegiatan serupa akan dilanjutkan di Purwokerto.
Dalam sambutannya, Qoyyum Amri selaku Pemimpin Redaksi Majalah Sawit Indonesia menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan memperkuat peran media dalam memperkenalkan dan mengangkat potensi produk UKM berbasis sawit di Tanah Air.
“Workshop ini kami buat dengan tujuan untuk memperkenalkan produk UKM berbasis sawit kepada jurnalis, menginformasikan perkembangan pelaku UKM beserta produknya, serta mendukung pemberitaan positif mengenai produk sawit di media,” ujar Qoyyum.
Ia menambahkan, saat ini terdapat 100 katalog produk UKM sawit yang dikembangkan BPDPKS. Ada 22 UKM tersebar di berbagai daerah di Indonesia mulai dari Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Jawa Barat, Jakarta, Yogyakarta, Kalimantan Timur hingga Sulawesi Selatan. Produk turunan sawit yang dihasilkan pun beragam sekitar 32 jenis produk, meliputi makanan, minuman, kecantikan, aksesori, hingga perlengkapan kendaraan.
“Melalui workshop ini, kami ingin agar rekan-rekan jurnalis turut membantu distribusi informasi tentang ragam produk turunan sawit. Sawit adalah kebanggaan nasional, dan UKM berbasis sawit menjadi bagian penting dalam industri ini,” lanjut Qoyyum.
Sahat Sinaga selaku Ketua Umum Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) menekankan pentingnya transformasi UKM sawit menuju bentuk koperasi modern yang transparan dan berteknologi rendah emisi.
“Tahun 2026 harus menjadi titik kemajuan sawit di sektor UKM dan koperasi. Kita butuh sekitar 1.158 koperasi untuk mengelola lahan smallholder saat ini. Koperasi harus dikelola secara profesional tanpa konflik kepentingan,” ungkap Sahat.

Menurutnya, koperasi sawit yang sehat dapat menjadi wadah peningkatan kesejahteraan petani dan memperkuat struktur ekonomi nasional. Koperasi kedepannya harus dilengkapi dengan teknologi dry process agar emisi karbonnya rendah
“Kita ingin petani menjadi subjek, bukan objek. Dengan pengelolaan modern, koperasi sawit bisa menjadi motor penggerak menuju Indonesia Emas 2045,” tambahnya.
Sementara itu Metty Kusmayantie selaku Asisten Deputi Produksi dan Digitalisasi Usaha Menengah Kementerian Koperasi dan UKM, menekankan pentingnya memperluas persebaran UKM sawit sebagai upaya memperkuat citra positif Indonesia di mata dunia.
“UMKM sawit memiliki potensi besar untuk tumbuh dan menjadi representasi citra positif Indonesia. Melalui workshop ini, para peserta dapat lebih memahami proses produksi, inovasi, dan nilai tambah produk turunan sawit,” jelas Mety.
Sebagai penutup dari Workshop Jurnalis Promosi UKM Sawit ini, peserta mengikuti praktik pembuatan hand sanitizer berbasis gliserin sawit yang difasilitasi oleh PT Ratu Bio Indonesia. Produk ini menggunakan bahan turunan kelapa sawit yaitu gliserin yang berasal dari olein..
Setelah tahap pemurnian, gliserin murni (>99%) digunakan sebagai bahan pelembut alami karena bersifat higroskopis, tidak beracun, dan larut dalam air. Dalam formulasi hand sanitizer ini digunakan campuran etanol, parfum, air, aloe vera, dan gliserin sawit.
Produk hand sanitizer sawit tersebut telah diuji di laboratorium terhadap beberapa bakteri seperti Escherichia coli, Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa, dan Enterococcus hirae, menunjukkan efektivitas tinggi sebagai antibakteri.
Melalui kegiatan ini, Majalah Sawit Indonesia berharap kolaborasi antara jurnalis, pelaku UKM, dan pemangku kepentingan dapat semakin memperkuat posisi sawit Indonesia di tingkat nasional dan global.
“Mari berkolaborasi agar UKM sawit terus tumbuh, industri sawit semakin kuat, dan kita bersama-sama mewujudkan Indonesia Emas 2045,” tutup Qoyyum Amri.

