JAKARTA, mediaperkebunan.id – Luas lahan tutupan kelapa sawit di Indonesia kian bertambah. Berdasarkan data sementara yang dihimpun Kementerian Pertanian (Kementan) luas tutupan kelapa sawit pada 2023 mencapai 17,23 juta hektare (ha). Pertambahan luas areal sawit ini terjadi pada perkebunan sawit rakyat.
Demikian diungkapkan Direktur Tanaman Kelapa Sawit dan Aneka Palma, Ditjen Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan) Ardi Praptono dalam Focus Group Discussion, Microsatellite Sharing Network, ‘Potensi Aplikasi Teknologi Microsatellite pada Komoditas Strategis Nasional untuk Mewujudkan Tata Kelola yang Berkelanjutan,’ secara hybrid, Selasa (26/3/2024).
“Perkembangan data kelapa sawit yang ada dimulai tahun 2019 sampai 2023 itu kami melakukan kegiatan up dating data tutupan kelapa sawit. Di tahun 2023 kita melakukan kerjasama dengan BIG luas tutupan kelapa sawit yang kita peroleh 17,23 juta ha,” papar Ardi.
Ardi mengatakan, pihaknya menyadari sumber data terpercaya ini akan menjadi kebutuhan di masa depan. Sebagai gambaran awal bahwa sumber data terpercaya ini terkait legalitas lahan yang berhubungan dengan kawasan hutan.
Kementan, lanjut Ardi, membutuhkan data tutupan untuk mendapatkan gambaran umur tanaman karena ada mutasi dari TBM ke TM, dan juga terkait gambaran pengusahaan baik PBN, PBS, dan perkebunan rakyat dalam kegiatannya serta status kawasan.
Selain itu, tambah Ardi, pihak juga membutuhkan data spasial by name by addres. Saat ini dari aplikasi SIPERIMBUN sudah ada dan juga eSTDB & SiCantik. “Diplatform ini perlu didukung dengan peta dari spasial atau satelit,” katanya.
Dari sisi operasional di lapangan adalah monitoring usaha meliputi; pemantauan hot spot- pemantauan kebakaran lahan, pertumbuhan tanaman, dan pemantauan penyakit/defisiensi.
Ardi mengakui, saat ini pihaknya masih terkendala dalam ketersediaan data mengenai; tutupan, citra yang tersedia biasanya citra tahun sebelumnya, metode interpretasi data citra, keterbatasan SDM kompeten dan koordinasi lintas institusi.
Untuk mengatasinya, lanjut Ardi, pihaknya melakukan koordinasi lintas institusi, kerjasama updating data tutupan dan peningkatan kapasitas SDM
Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara (RPN) Dr. Iman Yani Harahap mengatakan, kelapa sawit merupakan komoditas perkebunan unggulan di Indonesia dengan areal perkebunan yang cukup luas. Hal ini memerlukan sarana monitoring yang efektif dan efisien untuk mengetahui data luasan. Apalagi, beberapa instansi masih memiliki keberagaman.
Iman Yani menuturkan, berbagai upaya telah dilakukan pemerintah dalam menyajikan data luasan maupun produksi kelapa sawit yang akurat, di antaranya terkait penundaan evaluasi perizinan perkebunan kelapa sawit serta peningkatan produktivitas kelapa sawit, kebijakan satu data Indonesia, dan kebijakan satu peta.
Namun, diakui Yani, dalam teknisnya kebijakan tersebut masih menghadapi kendala. Salah satunya disebabkan masing-masing institusi yang terlibat dalam pengumpulan data kelapa sawit memiliki metode pengumpulan dan hasil data yang berbeda-beda.
Sejatinya, lanjut Yani, monitoring areal yang cukup luas memungkinkan dilakukan dengan memanfaatkan teknologi satelit. Salah satu teknologi satelit yang berkembang saat ini adalah teknologi microsatellite. Teknologi microsatellite berpotensi untuk diaplikasikan mengingat waktu dan biaya pembuatannya yang relatif lebih murah.
“Kemampuan microsatellite untuk memotret (revisit ability) setiap hari dengan sensor multispectral menjadi sarana yang potensial dan nilai positif untuk mengcover seluruh areal perkebunan kelapa sawit Indonesia yang berada di daerah tropis dengan tutupan awan sepanjang tahun,” jelas Yani.
PT RPN, kata Yani, telah mengembangkan berbagai advance technology di bidang kelapa sawit. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa data yang diperoleh dari citra satelit dapat dimanfaatkan untuk Palm Counting, monitoring hama dan penyakit tanaman, serta kadar hara daun tanaman.
Penggunaan Lidar memungkinkan untuk dimanfaatkan dalam mengukur tinggi tanaman kelapa sawit. Penggunaan tinggi tanaman dapat dimanfaatkan untuk pengklasifikasian kelas umur tanaman.
“Hal ini perlu dukungan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan tinggi tanaman terhadap kelas umur berdasarkan varietas tanaman. Pemanfaatan teknologi Microsatellite untuk monitoring dan akuisisi data pertanian khususnya kelapa sawit sangat mungkin untuk diterapkan,” katanya.
Acara FGD menghadirkan narasumber dan peserta dari berbagai instansi di antaranya: Pusat Riset Teknologi Satelit, Hokkaido University, PT Riset Perkebunan Nusantara, Badan Informasi Geospasial, Direktur Jendral Perkebunan, Badan Pusat Statistik, Holding Perkebunan Kelapa Sawit, dan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit. (*)