2020, 28 September
Share berita:

Jakarta, Media Perkebunan.id

Kondisi perbenihan perkebunan saat ini adalah benih diproduksi di luar kawasan pengembangan. Misalnya benih karet dari Sumut dikirim ke Kalbar, Gorontalo, Papua, Papua Barat. Demikian juga benih kopi dan kakao dari Jawa Timur di kirim Bengkulu, Kalteng, Sulsel, Maluku Utara, Papua.

Kondisi ini menyebabkan biaya mahal, waktu lama, risiko benih rusak. Dengan kondisi ini maka masyarakat sulit mendapatkan benih unggul bermutu. Tingkat adopsi teknologi dan GAP budidaya juga masih rendah. Saleh Mokhtar, Direktur Perbenihan Perkebunan menyatakan hal ini.

Harapan benih diproduksi atau di sekitar kawasan pengembangan perkebunan. Dengan cara ini biaya dan risiko rusak akan rendah. Penggunaan benih unggul bermutu juga akan meningkat. Varietas unggul/klon juga akan cepat diadopsi oleh petani.

Ditjenbun akan membangun 150 nursery dan kebun sumber benih modern di seluruh Indonesia untuk 10 komoditas yaitu kelapa, karet, kopi, kakao, tebu, lada, pala, cengkeh,jambu mete, vanilla.

Arah kebijakan perbenihan perkebunan adalah membangun sistem perbenihan tanaman perkebunan progressif, mandiri dan berkelanjutan. Dengan program logistik benih 5 2019-2024 , maka benih sumber litbang pemerintah, benih sumber mandiri, benih sumber litbang non pemerintah akan masuk ke pusat perbenihan pemerintah dan produsen benih swasta. Benih dari sini digunakan dalam pembentukan kawasan mandiri benih yang akan digunakan oleh pekebun.

Baca Juga:  Harga Sawit Sumut Terkoreksi