Sampit, mediaperkebunan.id – Dalam acara Teknis Kelapa Sawit (TKS) dan Field Trip di Sampit, Laksmi W. yang mewakili Direktur Perbenihan Perkebunan, Direktorat Jenderal Perkebunan, memaparkan strategi besar pemerintah dalam pengembangan varietas benih kelapa sawit nasional. Strategi ini bertujuan untuk mendukung peningkatan produktivitas sekaligus memperkuat ketahanan perkebunan sawit Indonesia dalam menghadapi berbagai tantangan.
“Pengembangan kelapa sawit kita sudah jauh lebih maju dibandingkan komoditas perkebunan lainnya. Saat ini sudah ada 84 varietas unggul yang resmi dilepas, dan 21 produsen benih atau kecambah yang tersebar di Sumatera, Kalimantan, dan Jawa,” ujar Laksmi, Kamis (28/04/2025).
Ia menambahkan bahwa inovasi terus dilakukan untuk menciptakan varietas unggul baru termasuk varietas yang tahan terhadap hama seperti Ganoderma, tahan terhadap cekaman abiotik, memiliki produktivitas tinggi, serta menghasilkan rendemen minyak yang lebih besar. Saat ini terdapat 10 varietas sawit dari lima produsen yang diklaim tahan terhadap Ganoderma, dan semua klaim tersebut masih berada dalam pengawasan ketat pemerintah untuk memastikan kesesuaiannya dengan deskripsi teknis.
“Beberapa varietas yang sudah dilepas dan diklaim tahan terhadap ganoderma berasal dari lima produsen kecambah dengan total sepuluh varietas. Klaim tersebut tetap diawasi ketat oleh pemerintah agar sesuai dengan deskripsi saat pengajuan pelepasan,” jelas Laksmi.
Total permintaan benih varietas unggul di Indonesia mencapai 164.771.521 butir kecambah. Namun untuk varietas tahan ganoderma permintaannya tercatat sebesar 9.505.233 butir kecambah, lebih rendah dibandingkan benih biasa karena harganya yang relatif lebih mahal.
“Permintaan benih varietas unggul sangat besar, tetapi varietas tahan ganoderma jumlahnya memang lebih sedikit karena harga benih ini lebih tinggi dibandingkan benih biasa,” tambahnya.
Tidak hanya itu, Laksmi juga mengungkapkan bahwa saat ini akan ada sidang pelepasan untuk periode pertama tahun 2024. Terdapat dua varietas unggul yang akan disidangkan terkait dengan benih sawit yang menggunakan metode genom dan benih sawit yang ditujukkan untuk meningkatkan produktivitas.
“Kami sedang dalam proses sidang semester pertama tahun 2025. PT Astra dan PT Socfin akan mengikuti sidang ini, bahkan Astra sudah menggunakan metode genom dalam pengembangan varietasnya,” jelasnya.
Proses pelepasan varietas kini dilakukan lebih cepat. Sidang pelepasan varietas diadakan dua kali dalam setahun. Pelepasan varietas ini diatur dalam Permentan Nomor 38 Tahun 2019, yang dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan atas nama Menteri Pertanian dengan dukungan Tim Penilai Varietas (TPV).
Lebih jauh, Laksmi menekankan pentingnya kerja sama yang berkelanjutan antara pemerintah dan perusahaan benih. Selain itu, ia mengingatkan pentingnya memilih sumber benih legal.
“Pilihan benih legal sangat banyak dan mudah diakses. Jadi, jangan pernah membeli benih sawit secara online yang tidak jelas asal-usulnya,” tegasnya.
Dengan berbagai langkah strategis ini, diharapkan industri kelapa sawit Indonesia semakin kuat dan berkelanjutan. Pengembangan varietas unggul ini tidak bisa dilakukan sendiri. Diperlukan sinergi semua pihak agar produktivitas sawit nasional terus meningkat dan manfaatnya dirasakan masyarakat luas.