Medan, mediaperkebunan.id – Berkat sawit, kinclong industri perbankan di Provinsi Sumatera Utara (Sumut) lagi-lagi semakin kinclong, termasuk di antaranya dalam empat bulan terakhir, terutama mulai Desember 2024 hingga Februari 2025.
Sektor perbankan di Sumut terus menunjukkan resiliensi, terutama dengan adanya peningkatan modal dan kestabilan likuiditas hingga Februari 2025.
Ketersediaan dana yang cukup dalam sektor perbankan dengan pusat operasi di Sumatera Utara menunjukkan tingkat likuiditas yang terjaga.
Situasi ini mengindikasikan bahwa jumlah modal perbankan masih mencukupi dalam menghadapi risiko potensial dan menjadi bantalan mitigasi risiko yang solid di tengah kondisi ketidakpastian global.
Penyaluran kredit dalam 4 bulan terakhir mengalami pertumbuhan yang kuat, hingga akhirnya mencapai pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
“Yaitu sebesar 17,67 persen yoy, jauh melebihi pertumbuhan kredit nasional sebesar 10,27 persen secara tahunan atau year on year (yoy),” kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumut, Khoirul Muttaqien, Selasa (11/3/2025).
Khoirul Muttaqien mengatakan hal itu dalam acara berbuka puasa bersama Forum Komunikasi (Forkom) Industri Jasa Keuangan (OJK) Sumut beserta para wartawan di lantai 5 Menara Bank Mandiri, Jalan Pulau Pinang nomor 1 l, Medan, belum lama ini.
Hal ini, sambung Khoirul Muttaqien, sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah yang terus meningkat, sekaligus mengindikasikan adanya kemajuan ekonomi yang stabil.
“Pertumbuhan kredit yang tinggi tersebut ditopang oleh sektor produktif, setelah sebelumnya bergantung pada kredit konsumtif,” beber Khoirul Muttaqien membandingkan.
Pihaknya mencatat, jumlah penyaluran kredit kredit produktif mencapai Rp 213,27 triliun atau 70,78 persen dari total kredit, dengan pertumbuhan yang tinggi sebesar 19,52 persen yoy.
Kata dia, OJK melihat pertumbuhan ini menunjukkan pergeseran struktur kredit yang lebih sehat dan berkelanjutan, dengan sektor produktif semakin menjadi motor utama ekspansi kredit.
“Dan situasi ini juga mengindikasikan mulai meningkatnya kepercayaan pelaku usaha terhadap prospek ekonomi,” ucap Khoirul Muttaqien.
Peningkatan kredit produktif, sambungnya lagi, terutama didorong oleh kredit modal kerja yang berkontribusi sebesar 47,23 persen dari total kredit dan tumbuh 24,21 persen yoy.
“Sementara itu, kredit Investasi dengan porsi 23,55 persen mencatat pertumbuhan 11,12 persen yoy,” kata Khoirul Muttaqien menambahkan.
Dari sisi lapangan usaha, dia mengatakan, pertumbuhan kredit produktif terutama didorong oleh sektor industri pengolahan, yang mencatatkan jumlah pangsa atau 25,57 persen.
“Serta pertumbuhan yang substansial atau 34,44 persen yoy, yang menjadikannya kontributor utama dalam pertumbuhan kredit periode ini,” sambung Khoirul Muttaqien.
Pihaknya melihat jelas kalau dorongan utama kredit produktif di perbankan di Sumut berasal dari subsektor pengolahan minyak goreng kelapa sawit, yang tumbuh impresif sebesar 75,06 persen yoy.
“Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya permintaan akan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) di pasar internasional dan perbaikan harga komoditas tersebut,” tukar Khoirul Muttaqien.
Selain itu, OJK Sumut juga menilai upaya peningkatan produktivitas serta ekspansi lahan di provinsi pemilik danau Toba ini turut memperkuat pertumbuhan kredit di subsektor ini.
Yang tidak kalah menarik adalah kalau pihak OJK Sumut tidak hanya mencatat lalu berdiam diri atas perkembangan yang sangat baik ini.
Khoirul Muttaqien menjelaskan, OJK Sumut juga menggelar inisiatif melalui program pengembangan komoditas sawit, baik dari sisi perkebunan rakyat melalui skema SERAYA (Skema Pengembangan Sawit Rakyat) maupun perkebunan korporasi.
“Kami yakin ini bakal semakin memperkuat peran subsektor perkebunan kelapa sawit ini dalam mendorong penyaluran kredit produktif dari perbankan,” tegas Khoirul Muttaqien.