Jakarta, Mediaperkebunan.id
Dupito Simamora, Deputy Executive Council Of Palm Oil Producing Countries (CPOPC) menyatakan label palm oil free produk consumer good di dunia semakin bertambah. Tahun 2015 tercatat ada 729 label sedang tahun 2020 ada 2.000 label.
Sikap CPOPC adalah menyurati perusahaan yang mengeluarkan label ini. Menariknya, beberapa perusahaan ternyata anggota RSPO. Padahal RSPO melarang anggotanya mendeskriditkan kelapa sawit. Perusahaan ini juga selama ini mengimpor sustainable palm oil. Kondisi ini bisa dilawan dengan kampanye bahwa free palm oil bukan solusi tetapi seharusnya label sustainable palm oil.
Saat ini ekspor minyak sawit Indonesia volumenya cukup besar ke India, China, Pakistan dan Bangladesh. LSM internasional sudah minta China memperhitungkan aspek deforestasi dalam membeli minyak nabati. Sedang Pakistan dan India lebih pada aspek kesehatan. Kampanye negatif masih akan terus berlanjut sehingga harus selalu diperhatikan.
Tantangan besar lainnya adalah persepsi publik di dalam negeri karena banyaknya disinformasi dari media luar negeri. Lobby anti sawit ini dananya luar biasa besar sehingga upaya melawannya harus didukung semua pihak. Pembentukan badan koordinasi dengan otoritas kuat sangat diperlukan. Kalangan muda terutama mahasiswa yang kampusnya berada di provinsi sentra sawit harus terus diinfokan tentang sawit sehingga tidak mendapat misinformasi sawit.
Kapasitas petani harus terus ditingkatkan. PSR (Peremajaan Sawit Rakyat) harus didukung semua pihak supaya target 500.000 ha dalam 3 tahun tercapai. Keberhasilan PSR akan jadi etalase untuk melawan kampanye hitam, menunjukkan peran petani yang luas lahannya mencapai 40%. Sawit harus ditunjukkan mampu memenuhi target SDGs.
Saat ini hanya Indonesia dan Malaysia yang jadi anggota penuh CPOPC. Tahun ini diharapkan Kolombia, Honduras, Ghana dan PNG diharapkan menjadi anggota penuh. Hal ini menunjukkan bahwa masalah sawit bukan masalah Indonesia dan Malaysia saja tetapi masalah 50 negara produsen yang tersebar di Asia, Pasifik, Afrika, Amerika Tengah dan Amerika Latin. Perlu koalisi negara produsen untuk melawan kampanye negatif.