Jakarta, Mediaperkebunan.id
Data Ditjen Perkebunan menunjukkan produktivitas karet tahun 2016 1,104 kg/ha, tahun 2017 1,205 kg/ha, tahun 2 018 1,181 kg, tahun 2019 1,023 kg/ha dan 2020 1,018 kg/ha, artinya sejak tahun 2018 semakin menurun.
Menurut Edy Suprianto, Kepala Pusat Penelitian Karet Indonesia, PT Riset Perkebunan Nusantara, penurunan produktivitas tahun 2020 karena serangan penyakit gugur daun Pestalotiopsis yang pengaruhnya terus berlanjut sampai sekarang. Sudah lama harga karet rendah sehingga petani tidak lagi merawat pohonnya, tidak diberi pupuk dan dipelihara dengan benar, ditambah Pestalotiopsis maka produksi semakin turun.
“Saat ini kita memasuki La Nina. Hujan yang terus menerus akan menjadi pemicu meningkatnya Pestalotiopsis. Produksi diperkirakan akan semakin menurun. Pabrik karet remah sekarang harus memperhitungkan penurunan produksi untuk kecukupan bahan baku dalam pemenuhan kontrak ekspor ,” kata Edy.
Pestalotiopsis harus dikendalikan bersama-sama dalam bentuk konsorsium. “Sekarang perusahaan perkebunan karet melakukan pengendalian di kebunnya sendiri, padahal di sekelilingnya ada kebun rakyat yang juga terkena dan tidak dikendalikan. Akibatnya pengendalian sia-sia karena tertular lagi ,” katanya lagi.
Arifin Panggaribuan, Koordinator Karet dan tanaman getah lainnya, Dirat Tanaman Tahunan dan Penyegar, Ditjenbun, menyatakan program peremajaan karet karena keterbatasan anggaran semakin menurun setiap tahunnya. Tahun 2017 peremajaan 12.675 ha, perluasan 100 ha; 2018 peremajaan 3.315 ha, perluasan 2.090 ha; 2019 peremajaan 5.060 ha, perluasan 800 ha, intensifikasi 10.000 ha; 2020 peremajaan 3.850 ha, perluasan 125 ha, intensifikasi 100 ha; 2021 peremajaan 800 ha, perluasan 300 ha. Sedang tahun 2022 direncanakan perluasan 100 ha, peremajaan 1.125 ha dan intensifikasi 4.550 ha.
Sekarang harga karet membaik, supaya produktivitas terjaga petani perlu merawat kebunnya. Program intensifikasi dengan memberikan bantuan pupuk adalah upaya membantu petani merawat kebun. Arifin berharap tahun 2022 ada anggaran biaya tambahan untuk karet baik peremajaan, perluasan, maupun intensifikasi sehingga semakin banyak petani yang bisa dijangkau.
Karena minimnya anggaran pemerintah maka diharapkan KUR (Kredit Usaha Rakyat) menjadi salah satu alternatif pembiayaan. Realisasi KUR karet tahun 2020 2,4 triliun dengan debitur 92.604 orang sedang sampai September 2021 Rp2,67 triliun denga debitur 93.252 orang.