2016, 20 Januari
Share berita:

Untuk menghasilkan kualitas pucuk teh sangat dipengaruhi faktor ketinggian tempat tanaman. Ketinggian 980 meter dpl menjadi lokasi optimum.

Iklim dan tanah sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan teh. Di Indonesia tanaman teh hanya ditanam di dataran tinggi antara 700 – 2.000 meter di atas permukaan laut (dpl). Di negara tropis seperti Indonesia, teh diperoleh sepanjang tahun dengan gilir petik 6 – 12 hari. Iklim yang sesuai untuk tanaman teh adalah curah hujan minimum 2000 mm dan merata sepanjang tahun dengan suhu 11°C – 25°C disamping tingkat kesuburan tanah yang baik.

Ketinggian tempat lokasi perkebunan menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh. Semakin tinggi tempat suhu semakin rendah dan proses metabolisme pada tanaman teh akan berjalan semakin lambat. Suhu juga berpengaruh terhadap laju pertumbuhan pucuk, karena laju pertumbuhan pucuk semakin lambat pada suhu yang lebih rendah.

Riset dari Fakultas Pertanian, Universitas Gajah Mada mengungkapkan, ketinggian optimum bagi budidaya tanaman teh saat ini pada perkebunan daerah sedang berkisar 800 – 1.200 m dpl. Pada ketinggian 980 m dpl, pertumbuhan, hasil dan kualitas pucuk teh menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada ketinggian 735 m dpl, 896 m dpl, 1.023 m dpl dan 1.254 m dpl.

Ke-5 ketinggian tempat yang dijadikan penelitian masing-masing 735 m dpl, 896 m dpl, 980 m dpl, 1.023 m dpl, dan 1.254 m dpl. Hasilnya menunjukkan, ketinggian 735 m dpl memiliki suhu maksimum, suhu minimum dan suhu tajuk paling tinggi di antara ketinggian tempat lainnya. Hal ini berbanding terbalik pada ketinggian 1.254 m dpl yang memiliki suhu maksimum, suhu minimum dan suhu tajuk paling rendah.

Penelitian ini menyebutkan bahwa intensitas kehijauan daun pada ketinggian 896 m dpl lebih tinggi daripada ketinggian 980 m dpl. Sedangkan pada ketinggian 1.254 m dpl intensitas kehijauan daunnya lebih rendah daripada ketinggian 1.023 m dpl dan 735 m dpl. “Kehijauan daun merupakan salah satu tolok ukur yang mempengaruhi pertumbuhan
suatu tanaman,” sebut peneliti.

Baca Juga:  EKSPOR KARET MASIH ANJLOK DAMPAK DARI LA NINA

Hasil analisis bobot segar pucuk burung terlihat bahwa terdapat beda nyata antara ketinggian 735 m dpl dengan 896 m dpl. Bobot segar pucuk burung pada ketinggian 896 m dpl menunjukkan nilai yang lebih tinggi daripada bobot segar pucuk burung pada ketinggian 980 m dpl, 1.023 m dpl dan 1.254 m dpl. (YR)