2016, 7 Maret
Share berita:

Anjing menggonggong kafilah berlalu, begitulah yang terjadi saat ini pada komoditas kopi di Indonesia. Meskipun terjadi krisis ekonomi dibeberapa negara harga komoditas kopi tetap tinggi.

Harus diakui akibat dari krisis ekonomi maka beberapa harga komoditas mengalami penururunan. Diantaranya yaitu seperti tambang, karet, kelapa sawit dan sebagainya. Tapi khusus pada komoditas perkebunan yang berhubungan dengan makanan dan minuman harganya tidak berpengaruh, bahkan justru meningkat.

Terbukti berdasarkan catatan Gabungan Eksportir Kopi Indonesia (GAEKI) bahwa harga pada komoditas kopi masih tetap tinggi ditengah-tengah melemahnya harga. Adapun untuk jenis kopi robusta masih bertengger diantara Rp 22.500 – 24.000 per kilogram, sedangkan untuk jenis kopi arabica bisa mencapai diatas angka Rp 25.000 per kilogram.

Menurut GAEKI, tingginya harga kopi didalam negeri lebih kepada tingginya permintaan dari dalam. Sebab kebutuhan kopi dalam negeri sekitar 250 ribu ton, sedangkan produksi dalam negeri sekitar 400 ribu ton. Artinya kebutuhan dari dalam negeri masih bisa dipenuhi dari dalam negeri sedangkan sisanya di ekspor. Hal ini karena permintaan dari luar negeri akan kopi dari Indonesia cukup tinggi.

Artinya Indonesia tidak perlu merasa khawatir terhadap masa depan kopi. “Banyak negara yang meminta kopi asal Indonesia bahkan dinegeri sendiri permintaan pun meningkat. Namun yang dikhawatirkan adalah tingkat produksinya yang terus menurun meski permintaan meningkat,” risau Wakil Presiden RI, H Jusuf Kalla (JK).

Hal ini karena, menurut JK, jika melihat data statistik kopi Indonesia, permintaan kopi di Indonesia terus meningkat sekitar 15% per tahun, Sedangkan peningkatan produksi kopi hanya 1% per tahun. Maka dalam hal ini peningkatan produksi belum mampu atau bahkan lebih rendah dari peningkatan konsumsi.

Baca Juga:  Penggunaan Aspal Karet Berdampak pada Harga

Jadi, naiknya permintaan akan kopi di Indonesia lebih karena melonjaknya populasi yang ada saat ini. Seperti permintaan dari negeri Tiongkok, naikmya permintaan kopi dari negeri tersebut lebih karena melonjaknya populasi di negeri tersebut.

Tidak hanya itu, melonjaknya konsumsi kopi juga dipengaruhi oleh berubahnya gaya hidup manusia. Jika dahulu mengonsumsi kopi hanya kepada kaum orang tua, tapi saat ini mengonsumsi kopi sudah merambah kepada kawula muda. Bahkan saat ini mengonsumsi kopi bukan lagi sebagai minuman, tapi lebih kepada life style (gaya hidup).

“Orang dahulu tidak terbiasa minum kopi, tapi sekarang kalau tidak minum kopi dianggap ketiggalan (jaman),” pungkas JK. YIN