SOLOK, Perkebunannews.com – Korporasi pekebun menuju peningkatan produksi dan produktivitas kakao nasional menjadi fokus pemerintah. Hal ini segera dikonkritkan dalam membangun perkebunan lebih baik lagi di masa yang akan datang. Konsep kawasan berbasis korporasi menjadi penting dalam meningkatkan daya saing.
Demikian dikatakan Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian, Kasdi Subagyono, dalam peringatan Hari Kakao Nasional di Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Sabtu (5/10). Acara dihadiri Bupati Solok Gusmal, Bupati/walikota Sumbar, Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara dan para pemangku kepentingan serta petani kakao.
Kasdi mengatakan, dulu cara kita membangun kebun kecil-kecil dan lokasinya tersebar di seluruh nusantara menyebabkan tidak efisien di dalam mengelola. Hal ini menjadi tidak efektif di dalam memproduksi produk pertanian dan perkebunan lebih masif.
“Dan Kalangan industri mengeluhkan mana yang disebut swasembada, barangnya tidak ada. Karena mereka sulit keliling nusantara untuk mengumpulkan produk pertanian dan perkebunan yang membuat biaya mahal,” ujar Kasdi.
Kasdi mengungkapkan, perkebunan yang ada di seluruh Indonesia, 70 persen merupakan perkebunan rakyat. Pemerintah terus memperhatikan kebun rakyat agar produktivitasnya naik dan berlimpah serta kesejahteraannya meningkat.
Kasdi menyebutkan, saat ini luas areal pengembangan kakao mencapai 1,6 juta hektar dengan produksi sekitar 593 ribu ton. Hal ini menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara produsen terbesar dunia (posisi ke-4).
Komoditas kakao juga merupakan komoditas sosial, dalam arti usaha perkebunan kakao tersebut hampir 97 persen diusahakan oleh perkebunan rakyat yang melibatkan sekitar 1,7 juta KK. Di sisi lain komoditas kakao memberikan sumbangan dalam perolehan devisa sebesar USD 1,24 miliar dan merupakan penghasil devisa terbesar ketiga sub sektor perkebunan setelah kelapa sawit dan karet. (HP/YR)