Kopi specialty asal Indonesia banyak diminati, tapi jangan sampai negrara luar yang justru mendapatkan keuntungan lebih besar daripada Indonesia selaku produsen kopi specialty.
Indonesia memang surganya penggemar kopi. Bagaimana tidak, dengan kondisi Indonesia yang memiliki banyak pulau maka menghasilkan berbagai jenis kopi yang berbeda-beda. Lebih dari itu, beberapa pelaku industri kopi saat ini sedang telah mengembangkan kopi specialty. Hal tersebut karena kopi specialty adalah ciri khas kopi Indonesia.
Terbukti, saat ini pasar kopi specialty lebih banyak dicari. Maka tidaklah heran jika saat ini banyak café-cefe yang menyediakan menu kopi specialty dari berbagai daerah. Diantaranya kopi Mandheling dan Lintong Coffee dari Sumatera Utara, Gayo Mountain dari Aceh, Java Arabica dari Jawa Timur, Kintamani dari Bali, Toraja dan Kalosi dari Sulawesi Selatan, Flores Bajawa dari Nusa Tenggara Timur, dan Baliem dari Papua.
“Melihat hal tersebut maka trend minum kopi sudah sudah masuk ke usia remaja. Maka untuk menutupi kebutuhan konsumsi kopi mau tidak mau harus ada peningkatan produksi, sebab yang mengonsumsi kopi bukan lagi orang tua, tapi orang tua plus remaja,” jelas Dwi Praptomo Sudjatmiko, Direktur Tanaman Tahunan dan Penyegar Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian kepada perkebunannews.
Melihat hal ini, Dwi memprogramkan, untuk tahun 2016 Ditjen Perkebunan Kementerian Pertanian akan mendongkrak volume produksi kopi specialty terutama dari jenis arabica. Hal ini juga karena harga jual dari dari kopi arabica saat ini lebih tinggi dari harga jual kopi dari jenis robusta.
“Tapi upaya ini akan dapat dicapai bila difasilitasi semua pihak, tidak hanya Kementerian Pertanian, namun juga dari pemerintah daerah, instansi terkait, perbankan dan seluruh pelaku usaha yang hadir disini,” tegas Dwi. YIN
Baca juga : Nestle Antara Sustaibility dan Bisnis