Banjarbaru, mediaperkebunan.id – Mengingat merosotnya luas kebun kelapa kita akibat beberapa faktor serta melonjaknya harga kelapa yang melebihi batas kewajaran maka perlu dilakukan gerakan menanam kelapa baik untuk peremajaan kelapa yang sudah tua maupun penanaman pada lahan baru. Demikian menurut Prof. Dr. Ir. Nelson Pomalingo M.Pd, Ketua Umum KOPEK (Koalisi Pemerintah Kabupaten Penghasil Kelapa) ketika menyampaikan hasil Pra Munas II KOPEK di Banjarbaru, Kalsel.
Gerakan menanam kelapa ini tentunya akan efektif jika dibarengi dengan upaya untuk merawat kebun kelapa yang ada saat ini baik dengan tanaman tua (TT), tanaman menghasilkan (TM) atau tanaman belum menghasilkan (TBM), menjadi gerakan ‘Ayo Tanam Kelapa, Ayo Rawat Kebun’. Gerakan ini diharapkan akan meningkatkan produktivitas kelapa petani kata Nelson. Perlu dilaksanakan Kegiatan Nasional terutama menghadirkan para petani kelapa se Indonesia sebagai pemilik 99% kebun kelapa di Indonesia. Kegiatan ini diusulkan berupa Kongres Petani Kelapa Nusantara yang belum pernah dilakukan selama ini. Petani merupakan aktor utama atau pelaksana gerakan ‘Ayo Tanam Kelapa, Ayo Rawat Kebun’.
Untuk mengkampanyekan kelapa dan mengkomunikasikan rencana kegiatan kelapa secara nasional maka dirasa perlu menunjuk Duta Kelapa Indonesia yang telah ada dan dilakukan pada awal terbentuknya KOPEK pada Agustus 2017. Untuk itu setelah melalui proses interaksi pengurus KOPEK periode 2017-2025 dan Sahabat Kelapa Indonesia maka diputuskan untuk mengangkat Ibu Dian Novita Susanto, SH, M.Sos yang saat ini menjabat sebagai Ketua Umum Perempuan Tani Indonesia Jaya dan ia secara langsung menyatakan bersedia untuk menjalankan peran sebagai Duta Kelapa Indonesia. Dian Novita Susanto telah menanam kelapa di Batam pada lahan miliknya seluas 30 hektar dan berinteraksi dengan pemerhati dan peneliti kelapa sejak itu.
KOPEK menyadari sepenuhnya adanya krisis kelapa yang tidak hanya pada sektor hilir dengan masalah kekurangan bahan baku akibat ekspor kelapa bulat namun lebih pelik dari itu adalah pada sektor hulu. Memahami kerancuan data dan perlunya pembenahan data ril tentang luasan kebun kelapa nasional dengan beberapa versi antara versi pemerintah sebesar 3,3 juta ha, versi FAO 2,77 juta ha dan hasil penelitian David Gaveau dkk (2023) sebesar 2,8 juta ha.
KOPEK mendorong, pencarian sentra wilayah penghasil kelapa nasional baru. Kalimantan tepat untuk itu mengingat banyaknya lahan bekas tambang yang bisa direhabilitasi dan dijadikan kebun kelapa.
Menurut Mawardin M Simpala, Ketua Sahabat Kelapa Indonesia, Pra Munas KOPEK II dilakukan tepat dengan dua keadaan, yaitu pertama berakhirnya jabatan para pengurus inti KOPEK 2017-2025 sebagai bupati di kabupaten asalnya masing-masing. Kedua adalah momentum krisis kelapa yang tengah ramai dibicarakan dan didiskusikan oleh beberapa Kementerian dan Lembaga yaitu Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Koperasi, Kementerian PDT, Kemenko Perekonomian serta Bappenas. Krisis ini ditandai dengan melejitnya harga kelapa di pasar tradional hingga mencapai 20-25 ribu di beberapa kota serta keluhan industri kelapa yang kesulitan bahan baku hingga sebagian mengurangi karyawan bahkan ada yang sampai menutup usahanya.
Banjarbaru Kalimantan Selatan dipilih sebagai lokasi pelaksanaan Pra Munas KOPEK II dan Diksusi Kelapa Nasional karena beberapa pertimbangan: Kelapa Genjah Salak yang reputasi keunggulannya sudah menasional sejak awal tahun 90an hingga kini berasal dari Desa Pematang Panjang Kalimantan Selatan. Konon kelapa ini sudah punah ditempat asalnya namun ada di kebun BRMP Pakuwon Sukabumi dan BRMP Mapanget Manado.
Karakter lahan Kalimantan Selatan sangat mirip dengan karakter lahan di Indragiri Hilir Riau yang merupakan daerah penghasil kelapa terbesar di Indonesia dan hamparan kelapa yang terluas di dunia sehingga Kalimantan Selatan bisa didorong menjadi sentra penghasil kelapa terbesar di Kalimantan. Sebagian besar (30%) petani kelapa di Indragiri Hilir adalah petani keturunan Banjar yang bermigrasi pada tahun 1890an yang masih mempertahankan identitasnya sebagai masyarakat Banjar. Mereka bisa diajak ‘pulang kampung’ untuk menginspirasi warga Kalimantan Selatan untuk menanam kelapa.
Bupati Indragiri Hilir saat ini adalah warga keturunan Banjar dan Kabupaten Indragiri Hilir merupakan salah satu deklarator KOPEK pada 24 Agustus 2017 lalu di Jakarta. Sebagian besar petani kelapa di Indragiri Hilir adalah warga keturunan Banjar dan pengalaman kabupaten Indragiri Hilir sebagai Hamparan Kelapa Dunia kabupaten dengan luas kebun kelapa sebesar 392.424 hektare atau yang terluas di Indonesia dapat menginspirasi kabupaten di Kalimantan Selatan.
Pra Munas II di Banjarbaru, Kalimantan Selatan dan dirangkaian dengan diskusi kelapa nasional yang diadakan dan difasiltasi oleh Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Diskusi nasional dihadiri oleh Prof. DR. Gusti Muhammad Hatta yang pernah menjadi Menteri Riset dan Teknologi dan Menteri Lingkungan Hidup. Drs H Muhtar MM, Wakil Bupati Selayar dalam diskusi menyatakan hasil kebun kelapa telah membiayai pendidikannya hingga perguruan tinggi. “Sejak zaman Belanda Selayar merupakan sentra produksi kelapa. Kelapa adalah berkah. Saya bisa berdiri di sini karena kelapa,” kata Muhtar. Saat ini kami tengah meluncurkan program Gemerlap yaitu gerakan menanam lima juta kelapa di Selayar. Kelapa di Selayar sejak jaman Belanda disebut Emas Hijau, pungkasnya.
Hal yang paling disoroti adalah trend alih fungsi kelapa jadi sawit yang lumayan massif di Kalsel. Dengan harga kelapa yang sedang tinggi saat ini petani diminta tidak mudah tergiur menebang kelapa dan menanam sawit. Sekarang banyak petani yang menyesal dengan harga kelapa tinggi. Kelapa bukan sekedar komoditas ekonomi tetapi bagian dari identitas dan ketahanan pangan bangsa.