Bandung, mediaperkebunan.id-Ganoderma merupakan ancaman nyata terhadap keberlanjutan sawit Indonesia. Karena itu Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), membentuk Konsorsium Ganoderma Indonesia dan menjadi koordinator dengan anggota Perhimpunan Ilmu Pemuliaan dan Perbenihan Sawit Indonesia (PIPPSI) dan Persatuan Fitopatologi Indonesia (PFI). Konsorsium ini pun membagi beberapa kelompok kerja.
Ketua Konsorsium Ganoderma, Indra Syahputra yang juga Director of Seed Production and Laboratories PT Socfindo menyatakan salah satunya adalah Kelompok kerja 3 Standarisasi Prosedur Pengendalian Ganoderma dengan Menerapkan Best Management Practises.
Tujuan inventarisasi langkah praktis yang efektif untuk pengendalian Ganoderma pada setiap tahapan BMP; standarisasi prosedur pengendalian Ganoderma terutama saat replanting di areal endemik Ganoderma; memberikan solusi bagi petani sawit untuk meminimalkan kehilangan produksi akibat Ganoderma. Hasilnya adalah standar prosedur untuk pengendalian Ganoderma (preventif dan curatif) yang dapat diterapkan petani sawit.
Program kerja tahun 1 studi banding dengan melakukan kunjungan kerja ke areal replanting endemik Ganoderma pada perkebunan kelapa sawit yang telah menerapkan langkah-langkah praktis pengendalian ganoderma; perkebunan kelapa sawit dengan succes story pengendalian Ganoderma; areal perkebunan masyarakat yang terserang Ganoderma.
Evaluasi hasil uji banding. Uji mekanisasi (trencher (memutus kontak akar), stum griding and removal (menghancurkan tunggal tanaman). Tahun 2 pembuatan standar prosedur penanganan Ganoderma terutama saat replanting. Sosialisasi penanganan Ganoderma.
Kelompok 5 sistim deteksi untuk mendeteksi serangan Ganoderma secara dini di lapangan dengan manual menggunakan sensus, cara yang sangat umum dilakukan; foto udara namun kelemahannya biasanya yang terdeteksi skor Ganoderma yang sudah lanjut; penanda molekular; deteksi laboratorium dan sample bagian tanaman sakit (dengan medium khusus), yang lambat dan lama hasilnya. Untuk keperluan percobaan Ganoderma di lapangan, sangat diperlukan alat detektor yang mendeteksi tanaman sehat dan sakit, mengingat sifatnya yang symptomless (sudah terserang namun tidak bergejala).
Kelompok kerja 6 mikroba endotifik sebagai agen penguat ketahanan dan pertumbuhan tanaman kelapa sawit terhadap serangan Ganoderma. Bagaimana menciptakan lingkungan interkasi yang optimal antara mikroba endofitik dan tanaman kelapa sawit sehingga interaksi dapat dimanfaatkan sebagai strategi pengelolaan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit.
Menurut hasil peneltian kerugian akibat Ganoderma Rp7,8 triliun/tahun (Hushiharian, 2013), Rp4 miliar/1%/tahun (More, 2016), di Malaysia perkiraan kerugian hingga USD500 juta pertahun (Izwan Badrudin, 2022). Dampak serangan Ganoderma pada kelapa sawit adalah density berkurang drastis, generasi I 0-2%, generasi II 30-40%, generasi III >40% dalam 14-15 tahun).
Gejala lapangan , gejala eksternal berupa klorosis, daun menggantung ke bawah, beberapa daun tombak. Akhirnya pokok tumbang memperlihatkan pembusukan bole tisue yang luas. Tubuh buah berbentuk menghasilkan badisopora.
G boninense memiliki dua strategi untuk reproduksi spora seksual dan miselia vegetatif. Basidipora bisa menjadi sumber utama inokulum di daerah baru karena mudah tersebar oleh air, angin atau serangga. Basidipora berkecambah membentuk miselia vegetatif monokariotik. Biasnya tumbuh secara saprofit di lingkungan memakan bahan tanaman mati.
Dua spora yang kompatibel bergabung untuk membentuk miselium dikariotik yang kemudian menyerang dan membangun dirinya di dalam inang tanaman, kemudian membentuk tubuh buah.
Pada peremajaan dengan under planting serangan mencapai 33%, windrowing (tidak sampai habis dibershkan 17,6% dan clean clearing (sampai tuntas) 14%. Dengan tanpa pembakaran membuat mulsa dari tanaman terkena serangan 22% sedang dengan tanaman sehat serangan 12% pada umur 21 tahun. Pengendalian Ganoderma yang banyak diteliti dan dikembangkan saat ini adalah dengan penggunaan tanaman toleran.