Bandung, mediaperkebunan.id – Lambok Siahaan dari P3PI dalam 2nd ISGANO 2025 menyatakan aplikasi pupuk kimia secara terus menerus, aplikasi janjang kosong (jankos) segar ke areal tanaman, pengendalian gulma blanket, penggembalaan sapi di areal kelapa sawit diduga menjadi salah satu penyebab terjadinya pangkal busuk batang yang disebabkan Ganoderma. Penggunaan pupuk kimia sebagai penyedia hara utama untuk pertumbuhan dan produksi sawit perlu diminimalisir dengan menghadirkan penggunaan bahan organik sebagai pupuk.
Komposisi tanah yang ideal adalah bahan organik 5%, air 25%, udara 25%, mineral 45%. Saat ini bahan organik tanah di kebun kelapa sawit sebagian besar <2%. Peran bahan organik sangat penting sebagai pengendali keseimbangan mineral, air, udara, pH dan mikroba.
Teori siklus hara pupuk adalah dari total pupuk yang diberikan pada tanaman 21% terbawa aliran permukaan, 19% menguap oleh evaporasi, 5% imobilisasi oleh mikroba, 30% fiksasi oleh liat, 13% tercuci sehingga yang diserap tanaman tinggal 12%. Fungsi pupuk organik adalah untuk memperbaiki sifat fisika, biologi dan kimia tanah guna mengoptimalkan penyerapan hara. Sedang pupuk anorganik berfungsi sebagai penyedia hara bagi pertumbuhan dan produksi tanaman.
Penggunaan janjang kosong (jankos) segar sebagai pupuk disarankan untuk terlebih dahulu dikomposkan dan aplikasinya dalam bentuk kompos. Pemanfaatan limbah cair pabrik kelapa sawit melalui proses fermentasi dengan menggunakan aktivator organitri dapat menjadi solusi dalam penyediaan pupuk ramah lingkungan.
Penggunaan kompos dan limbah cair pabrik berfungsi ganda yaitu sebagai pupuk organik, pembenah tanah sekaligus mengendalikan dan menekan serangan Ganoderma. Kombinasi pupuk organik kompos janjang kosong dan pupuk organik cair limbah pabrik kelapa sawit dengan pupuk semi organik dapat menjadi solusi kebutuhan pupuk yang mendukung penyehatan tanah guna mencegah dan mengendalikan busuk pangkal batang yang disebabkan oleh Ganoderma.