2016, 25 Juli
Share berita:

Petani selalu disalahkan jika terjadi penurunan produksi apalagi jika terjadi pengalihan tanaman, padahal petani hanya menanam berdasarkan kondisi harga yang dirasa menguntungkan baginya.

Kepala Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, Fakhrurrozi membenakan bahwa sebenarnya pola pikir petani itu simple. Petani akan melihat harga atau permintaan pasar yang saat ini sedang tinggi, artinya petani akan menanam apa yang saat ini harganya tinggi.

“Jadi jika ada komoditas yang dirasa harganya sedang tinggi atau diarasa menguntungkan maka petani akan menanam tanpa harus disuruh,” jelas Fakhrurrozi.

Contoh, Fakhrurrozi menerangkan, jika dahulu banyak yang menanam karet hal ini karena saat itu tanaman karet memang lagi tinggi. Kemudian saat harga karet turun dan harga kelapa sawit mulai membaik maka tidaklah heran jika ada yang beralih ke kelapa sawit.

“Maka jika ingin petani menanam jagung, berilah jaminan kepada petani terhadap pasar dan juga harga yang menarik untuk tanaman jagung, dengan begitu maka tanpa disuruh pun petani pasti akan menanam jagung,” saran Fakhrurrozi.

Seperti diketahui saat ini harga karet di Sumatera Selatan hanya berada diantara Rp 4 – 5 ribu per kilogram, itu harga untuk ditingkat petani. sedangkan ditingkat lelang yaitu Rp 7.350 per kilogram. Maka dengan rendahnya harga karet tidaklah heran petani mulai mengurangi penyadapan, hal ini dilakukannya karena dengan harga tersebut dirasa tidak seksi.

Sehingga jika pihak Kementerian Pertanian menginginkan masyarakat beralih ke tanaman jagung, maka harus bisa membukikan bahwa tanaman jagung lebih seksi dibandingkan komoditas lainnya. “Sebab kita tidak bisa memaksakan kehendak petani untuk menanam suatu komoditas. Petani berhak memilih sendiri komoditas apa yang dirasa menjanjikan baginya,” jelas Fakhrurrozi.

Baca Juga:  Akibat Kemarau Produksi Teh Cibuni Capai 80 Persen

Lebih lanjut terkait turunnya harga karet sat ini, Fakhrurrozi menyarankan kepada petani untuk menjual hasil menjual karet secara lelang, sehingga harganya lebih tinggi. Sebab selisih antara dijual langsung dengan dijual ditingkat lelang selisihnya bisa mencapai Rp 2 ribu per kilogram.

“Oleh karena itu kita arahkan petani supaya menjual komoditas tersebut dengan cara lelang sehingga harganya lebih bagus,” himbau Fakhrurrozi.

Sehingga, Fakhrurrozi berencana untuk kedepan secara bertahap di kabupaten-kabupaten akan membuat membuat kelompok untuk menjual karet dengan sistem lelang. Sebab harus diakui jika petani melakukan kelompok maka mutu karetnya bisa seragam dan orang bisa membelinya dalam jumlah banyak sehingga harganya bisa lumayan lebih baik.

“Kita berharap dengan adanya kelompok-kelompok baru nantinya akan memancing petani lainnya untuk ikut berkelompok dalam menjual karet sehingga harganya lebih bagus,” pungkas Fakhrurrozi. YIN