Kapuas Hulu, mediaperkebunan.id – Perkumpulan Forum Petani Kelapa Sawit Jaya Indonesia (POPSI) bekerja sama dengan Media Perkebunan dan didukung oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) akan menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Budidaya Sawit Berkualitas Tinggi bertema “Pengembangan Kelapa Sawit untuk Kesejahteraan Masyarakat di Daerah 3T (Tertinggal, Terdepan, dan Terluar)” pada Jumat, 31 Oktober 2025 mendatang di Hotel Grand Banana, Putussibau, Kabupaten Kapuas Hulu, Kalimantan Barat.
Kegiatan ini dilakukan untuk memperkuat kapasitas petani sawit rakyat di wilayah 3T agar mampu mengembangkan perkebunan yang produktif, berkualitas tinggi, dan berkelanjutan. Acara akan menghadirkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah daerah, Direktorat Jenderal Perkebunan, tokoh masyarakat, hingga perusahaan sawit yakni Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) dan PT Sampoerna Agro Tbk.
Berdasarkan Buku Statistik Perkebunan 2023 dari Ditjen Perkebunan, luas perkebunan sawit rakyat di Kabupaten Kapuas Hulu mencapai 6.279 hektar. Terdiri dari 6.111 ha tanaman belum menghasilkan dan 618 ha tanaman menghasilkan yang digarap oleh sekitar 4.054 pekebun. Produksi CPO tercatat 1.052 ton dengan produktivitas rata-rata 1,7 ton per hektar.
Kondisi ini menunjukkan bahwa sektor sawit rakyat di Kapuas Hulu masih tergolong kecil dan belum optimal dalam mendukung perekonomian masyarakat. Di sisi lain, wilayah ini didominasi oleh 24 perusahaan perkebunan besar dengan total izin usaha mencapai 2,197 juta hektare dari luas wilayah 3,131 juta hektar sehingga menjadikan investasi sawit sebagai yang terbesar di Kabupaten Kapuas Hulu.
Ketua POPSI Mansuetus Darto menegaskan bahwa ketimpangan tersebut harus dijembatani melalui penguatan kapasitas dan kelembagaan petani agar mereka menjadi pelaku utama dalam rantai nilai sawit.
“Sejumlah studi, seperti World Bank (2019) dan Barlow dkk (2005), menunjukkan bahwa sawit dapat meningkatkan pendapatan petani kecil bila didukung kelembagaan yang kuat dan akses pasar yang adil. Sawit bisa menjadi alat pengentasan kemiskinan jika masyarakat lokal memiliki kepemilikan lahan dan akses ke rantai nilai, bukan hanya menjadi buruh di perkebunan besar,” jelas Darto.
Saat ini di Kapuas Hulu telah dijalankan beberapa program intensifikasi perkebunan sawit rakyat yang melibatkan tiga koperasi mitra Sinar Mas Group, antara lain Koperasi Mitra Puyang Gana, Koperasi Mitra Bintang Moga, dan Koperasi Mitra Cipta Sejahtera. Program tersebut berfokus pada bantuan sarana dan prasarana, pupuk, serta pestisida, dengan pendampingan teknis yang didanai melalui BPDPKS.
Sebagai daerah 3T yang berbatasan langsung dengan Malaysia, Kapuas Hulu menjadi salah satu wilayah prioritas nasional untuk penguatan perkebunan rakyat. Menurut Darto, peluang pengembangan sawit rakyat di Kapuas Hulu sangat terbuka luas.
“Kalau petani mitra berhasil sejahtera, masyarakat lain akan terdorong untuk membuka kebun sendiri. Namun, perkebunan rakyat yang tumbuh harus berkualitas dengan menggunakan benih unggul dan praktik budidaya yang benar. Kita tidak boleh mengulang pengalaman di Sumatera, di mana banyak sawit rakyat tumbuh dari benih ilegitim dan hasilnya rendah,” tegasnya.
Selain itu, Kapuas Hulu dikenal sebagai wilayah strategis dalam kawasan Heart of Borneo yang memiliki fungsi ekologis penting di Kalimantan Barat. Oleh karena itu, menurut Darto pengembangan sawit di wilayah ini harus memperhatikan keseimbangan antara ekonomi dan lingkungan. Studi GIZ Kalimantan Barat (2021) tentang Sustainable Palm Oil in the Heart of Borneo juga menegaskan pentingnya pendekatan sawit berkelanjutan yang memperhatikan konservasi lingkungan tanpa mengabaikan kesejahteraan masyarakat.
“Perkebunan sawit di Kapuas Hulu bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga tata kelola sumber daya alam dan pemberdayaan masyarakat. Jika hulu Kalimantan Barat rusak akibat deforestasi, maka banjir dan kerusakan ekologi akan meluas. Sawit di Kapuas Hulu harus menjadi contoh tata kelola berkelanjutan yang menyeimbangkan ekonomi rakyat dan kelestarian alam,” terangnya.
Melalui sosialisasi yang disponsori oleh BPDP ini, POPSI berkomitmen untuk memperkuat posisi petani sawit di wilayah 3T agar memiliki kemampuan teknis, kelembagaan, dan akses ekonomi yang lebih baik.
“Kami ingin membuktikan bahwa sawit bukan hanya milik perusahaan besar. Dengan kelembagaan petani yang kuat, teknologi tepat guna, dan dukungan kebijakan yang berpihak, sawit dapat menjadi simbol kesejahteraan masyarakat perbatasan dan motor penggerak ekonomi inklusif di Kapuas Hulu,” tutup Darto.

