Jakarta, mediaperkebunan.id – Teknologi dan inovasi di dunia industri pengolahan kelapa sawit nasional terus berkembang. Jika selama ini perkembangan tersebut lebih banyak diarahkan untuk teknologi pengolahan kelapa sawit, maka kali yang muncul adalah teknologi pengawetan buah sawit itu sendiri.
Adalah tiga orang cendekia yang menemukan teknologi pengawetan buah sawit yang sudah dipatenkan secara resmi dengan nomor paten IDS000010158, yaitu Darmono Taniwiryono, Suta Setasena, dan Sri Anom Amongjati.
“Nama paten teknologi ini adalah Sederhana, yang fungsinya adalah melakukan proses pengawetan buah sawit dengan pengeringan pada suhu rendah,” ucap Darmono Taniwiryono, salah satu inventor atau penemu paten teknologi pengawetan buah sawit tersebut.
Kepada Mediaperkebunan.id, Sabtu (10/5/2025), Ketua Umum Masyarakat Perkelapasawitan Indonesia (MAKSI) itu mengatakan teknologi Sederhana itu memungkinkan para pelaku usaha perkebunan sawit dapat mengawetkan buah sawit yang matang, dan kemudian bisa diolah di pabrik kelapa sawit (PKS) di berbagai wilayah di bumi ini.
“Jadi buah sawit itu nanti jadi berondolan yang segar dan matang melalui teknologi kita ini. Diawetkan dalam jangka waktu yang lama. Lalu, berondolan yang segar itu bisa diolah di PKS mana saja,” beber Darmono Taniwiryono.
Dengan paten tersebut, Darmono Taniwiryono bilang nantinya buah sawit akan sama seperti buah kelapa yang bisa awet dalam jangka waktu lama dan tetap bisa diolah sedemikian rupa.
“Bayangkan sebuah dunia di mana buah kelapa sawit bisa disimpan selama berbulan-bulan tanpa kehilangan kualitas. Kini, hal itu bukan lagi angan-angan,” kata Darmono Taniwiryono
“Sebuah paten terbaru memungkinkan buah sawit diawetkan dalam jangka waktu panjang, dan ini bisa mengubah peta industri kelapa sawit dunia,” tuturnya lebih lanjut.
Menurutnya, inovasi ini membuka peluang luar biasa, yaitu pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit tak lagi harus berdiri di tengah kebun sawit.
“Mereka bisa dibangun di mana saja, bahkan di negara-negara yang selama ini hanya menjadi konsumen, seperti Tiongkok, Jepang, Korea, Eropa hingga Amerika Serikat,” ucap Darmono Taniwiryono.
Dirinya menilai temuan tersebut memungkinkan perkebunan kelapa sawit mempersembahkan diri untuk kepentingan masyarakat dunia.
Sebab, ujarnya, selama ini tantangan utama sawit adalah buahnya cepat rusak setelah dipanen. Karena itu, jarak antara kebun dan pabrik harus sedekat mungkin.
Tapi dengan paten pengawetan ini, Darmono Taniwiryono menyebutkan buah sawit bisa dikirim ke berbagai penjuru dunia layaknya kelapa.
“Akibatnya, Indonesia sebagai produsen utama harus bersiap-siap, permintaan buah sawit mentah diprediksi melonjak tajam,” tegas Darmono Taniwiryono.