Jakarta, mediaperkebunan.id – Industri pengumpul dan pengolah minyak jelantah atau used cooking oil (UCO) di Indonesia mulai naik kelas dan terintegrasi dengan para mitra dari dalam dan luar negeri, termasuk yang ada di Uni Eropa.
Hal itu ditandai dengan kehadiran aplikasi Sistem Minyak Jelantah (SIMIJEL) yang diperkenalkan oleh Asosiasi Eksportir Minyak Jelantah Indonesia (AEMJI) dan didukung penuh oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin).
Hal tersebut, seperti dikutip mediaperkebunan.id, Senin (saat berlangsung sebuah diskusi kelompok terpumpun atau focus group discussion (DKT/FGD) yang dilaksanakan oleh Pusat Riset Sistem Produksi Berkelanjutan dan Penilaian Daur Hidup (PRSPBPDH) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) belum lama ini, diungkapkan oleh Setiady Goenawan dari Asosiasi Eksportir Minyak Jelantah Indonesia (AEMJI)
Setiady Goenawan mengatakan, aplikasi SIMIJEL telah bekerja sama dengan Veriflux dalam memastikan data ketertelusuran yang disimpan dapat sinkron dan diakui oleh Environtmental Protection Agency (EPA) Uni Eropa (UE).
Perlu diketahui bahwa Veriflux adalah pihak penyedia platform teknologi informasi untuk mengelola basis data rantai pasok kompleks, termasuk reverse logistik di beberapa negara bagian di Amerika Serikat (AS).
Reverse logistik adalah proses pengelolaan aliran barang, dalam hal ini minyak jelantah, dari konsumen ke titik asal seperti produsen dan distributor. Proses ini melibatkan pengembalian, perbaikan, daur ulang, atau pembuangan produk yang telah digunakan atau tidak diinginkan oleh konsumen.
AEMJI sendiri, sambung Setiady Goenawan, telah mendukung kegiatan ekspor minyak jelantah selama 17 tahun ke berbagai negara seperti negara-negara di Eropa, Malaysia, Singapura, Korea Selatan, dan Amerika Serikat.
Di sisi lain, Matias Tumanggor dari Asosiasi Pengumpul Minyak Jelantah (APJETI) mengharapkan adanya regulasi harga dari pemerintah agar ada ketetapan harga bagi para pengumpul minyak jelantah secara langsung kepada pihak produsen.
“Oleh karena belum ada regulasi seringnya terancam oleh aparat dilapangan yang selalu dituduh melakukan penyalahgunaan,” imbuh Matias Tumanggor.
Sebagai informasi, untuk memastikan bahwa UCO yang diekspor ke UE memenuhi standar yang ditetapkan, Indonesia telah berkomitmen untuk meningkatkan praktik-praktik lingkungan yang berkelanjutan dalam pengolahan UCO.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan didukung sistem gateway untuk traceability UCO dan pengiriman terjadwal UCO, seperti aplikasi SIMIJEL.
Dengan SIMIJEL, Indonesia dapat memastikan bahwa UCO yang diekspor ke Uni Eropa berasal dari sumber yang aman dan terverifikasi, dan memenuhi standar yang ditetapkan oleh UE untuk penggunaan dalam produksi biodiesel.
Setiap pengepul dan eksportir UCO di Indonesia memiliki dan menggunakan SIMIJEL untuk bertransaksi secara transparan.
Asal muasal dari UCO dapat diketahui dari transaksi pembelian dan pengirimannya. SIMIJEL mempercepat aliran informasi jumlah stok UCO di tiap titik distribusi sehingga proses pembelian dapat dilakukan cepat dan transparan.
Selain itu jadwal pengumpulan dapat diketahui dan disepakati bersama. Para pengepul dan exportir UCO dapat mengetahui kuantitas UCO yang didapat dari asal hingga berat bersihnya di gudang masing-masing.
Pembeli dari Eropa juga dapat menggunakan SIMIJEL untuk memverifikasi asal UCO dan memastikan bahwa UCO yang mereka beli berasal dari sumber-sumber yang aman dan terverifikasi.
Dengan SIMIJEL, mereka dapat melacak jejak UCO dari asalnya hingga pengiriman, serta memastikan bahwa UCO yang mereka beli memenuhi standar yang ditetapkan oleh Uni Eropa.