Jakarta, mediaperkebunan.id – Volume ekspor karet alam asal Sumatera Utara untuk pengapalan Juli 2024 secara MoM dari bulan Juni menurun tipis 1,28% menjadi 19.308 ton.
Secara YoY atau Juli tahun lalu ekspor karet Sumatera Utara terjadi penurunan yang tajam sebesar 23,47% dari 25.229 ton. Realisasi ekspor ini masih jauh dari rata-rata normal volume ekspor bulanan. Yaitu sekitar 42 ribu ton, bahkan pada April 2011 mencapai 54 ribu ton.
Ekspor untuk pengapalan Juli sebagian masih untuk kontrak karet yang memenuhi ‘aturan EUDR’. Namun, ada kecenderungan minat buyer untuk karet EUDR mulai berkurang. Diperkirakan karena aturan EUDR itu sendiri mulai berlaku sejak 30 Desember 2024.
Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut, Edy Irwansyah, menyampaikan hal ini.
Ekspor ke Eropa untuk pengapalan bulan Juli ke sebesar 1,3% dengan 12 negara tujuan, yaitu Belgia, Bulgaria, Perancis, Jerman, Italia, Kroasia, Luksembourg, Polandia, Romania, Slovenia, Spanyol, dan UK. Terdiri dari karet remah (berupa SIR/TSR) untuk bahan baku pembuatan ban.
Ekspor pada pengapalan Juli 2024, ada 26 negara tujuan ekspor. Lima posisi teratas teridiri dari:
- Jepang 46,81%;
- Amerika Serikat 14,29%;
- Brazil 6,06%;
- India 5,22%; dan
- Kanada 2,94%.
Harga karet SICOM-TSR20 rata-rata bulan Juli sebesar 163,47 sen AS per kg atau turun sebesar 10,39 sen dari rataan bulan Juni.
Saat ini harga membaik sangat signifikan, di bursa berjangka karet Singapura, harga closing SICOM-TSR20 pada 28-Agustus 182,2 sen AS.
Saat ini kebun karet di wilayah Sumatera Utara terganggu produksinya karena adanya hujan yang tidak menentu. Pasokan bahan olah karet (BOKAR) bulan ini diperkirakan masih terbatas.
Kondisi ini akan mempengaruhi kinerja produksi pabrik pengolahan karet karena ketersediaan bahan baku yang berkurang.
