Yogyakarta, Mediaperkebunan.id
Dunia tahu bahwa kelapa sawit merupakan industri yang sangat strategis bagi Indonesia. Mereka juga tahu dengan persis bahwa kelapa sawit sangat strategis bagi petani Indonesia. Jean Marc Roda, CIRAD Regional Director for South East Asia Island menyatakan hal ini dalam Studium Generale Instiper.
Bila dibandingkan dengan komoditas non pangan lainnya maka sebenarnya margin kelapa sawit bukan yang paling tinggi. Setiap petani yang akan menanam tanaman non pangan pasti mencari margin yang paling tinggi. Tetapi ada faktor lain juga yang harus diperhitungkan yaiti work cost dan biaya lain harus seminim mungkin.
Dalam hal ini kelapa sawit merupakan salah satu pilihan yang paling bagus sebab marginnya cukup lumayan dengan work cost dan biaya lainnya yang bisa lebih rendah. Dari sisi work cost dan biaya lain masing-masing antara Rp5-10 juta/ha ada empat komoditas yaitu kelapa sawit, karet, kopi dan pala. Dari empat komoditas ini maka margin yang paling tinggi adalah kelapa sawit.
Sedang yang biaya investasinya lebih rendah lagi baik work cost maupun biaya lain adalah jambu mete dan kelapa. Sedang yang work cost dan biaya lain Rp10-15 juta/ha adalah kakao dan teh, Rp15-20 juta/ha lada dan tebu dan diatas Rp20 juta/ha tembakau.
Dengan berpatokan pada work cost Rp1 juta/ha ditambah biaya lain pendapatan dari kelapa sawit merupakan yang tertinggi mencapai Rp5,5 juta/ha , dengan margin mencapai Rp2,5 juta/ha. Dengan asumsi yang sama cengkeh dengan biaya lain pendapatan mencapai Rp4,5 juta dengan margin Rp3 juta.
Pala pendapatan mencapai Rp4,35 juta margin Rp2,45 juta. Tebu pendapatan Rp4,7 juta margin Rp1 juta/ha. Kelapa pendapatan Rp4,3 juta margin Rp1,3 juta/ha. Tembakau pendapatan Rp3,9 juta margin Rp800 ribu/ha. Kopi pendapatan Rp3,05 juta margin Rp950.000/ha. Kakao pendapatan Rp2,5 juta margin Rp500 ribu/ha. Karet biaya pendapatan Rp2,3 juta margin Rp700.000/ha. Lada pendapatan Rp2,6 juta margin Rp1 juta.
“Melihat struktur biaya berbasiskan work cost Rp1 juta/ha maka kelapa sawit merupakan yang terbaik. Wajar bila banyak ditanam petani. Faktor lain yang mempengaruhi petani dalam menanam tanaman non pangan adalah waktu panen, kecepatan menjadi uang kas dan kemudahan dalam penjualan,” kata Roda lagi.
Dengan asumsi work cost dan biaya lain Rp1 juta/ha sebenarnya yang paling tinggi marginnya adalah cengkeh Rp2,7 juta, pala Rp2,3 juta, jambu mete Rp1,8 juta, kelapa sawit Rp1,7 juta, lada Rp1,6 juta, teh dan kelapa Rp1,5 juta, karet Rp1,4 juta, tebu Rp1,3 juta, lada Rp900 ribu, tebu Rp250 ribu, kakao dan tembakau Rp200 ribu. “Meskipun kelapa sawit bukan margin tertinggi tetapi ada faktor lain yang membuat petani memilih sawit yatu masa tunggu sampai menghasilkan dan biaya yang bisa ditekan,” katanya.
Dari sisi biaya, pendapatan dan margin real yang paling tinggi adalah cengkeh dengan margin bisa Rp30 juta/ha tetapi biayanya juga cukup besar sampai Rp20 juta/ha. Kedua adalah lada margin bisa mencapai Rp12 juta/ha tetapi biayanya cukup besar Rp22 juta/ha. Kemudian teh, kelapa sawit, tebu, tembakau dan pala marginya hampir sama sekitar Rp6 juta/ha tetapi biayanya berbeda-beda yang paling tinggi adalah tembakau hampir Rp30 juta/ha, tebu Rp24 juta ha, teh Rp15 juta/ha, sawit hampir Rp10 juta/ha sedang pala hanya Rp5 juta. Itulah sebabnya petani lebih suka menanam kelapa sawit.
Komoditas lain margin kopi Rp3 juta/ha dengan biaya Rp7 juta, kakao Rp2 juta/ha biaya Rp12 juta, kelapa Rp1 juta/ha biaya Rp4 juta, karet Rp4 juta/ha dengan biaya Rp9 juta, jambu mete Rp500.000 biaya Rp2 juta..