Masalah utama yang dihadapi kakao Indonesia saat ini rendahnya produksi. Hal ini mengakibatkan industri pengolahan kakao sulit mendapatkan bahan baku.
Karena itu dalam Munas Asosiasi Kakao Indonesia (ASKINDO) yang ke 18 berkembang wacana supaya Ketua Umum yang berlatar belakang eksportir bisa digantikan dengan industri pengolahan. Akhirnya yang terpilih adalah Arie Nauvel Iskandar dari PT Mars Symbioscience Indonesia untuk periode 2018-2020 menggantikan Zulhefi Sikumbang.
Tahun 2006 adalah puncak produksi kakao dengan produksi 621.873 ton dan saat ini tinggal 287.150 ton. Kurangnya program kerja pengembangan tanaman kakao mengakibatkan industri pengolahan kakao sulit mendapatkan bahan baku sehingga sebagian besar harus impor untuk memenuhi kapasitas produksi.
Produksi kakao tidak dapat menutupi kebutuhan kerja pabrik pengolahan. Dari 21 perusahaan pengolahan kakao ada 9 perusahaan yang masih berjalan dengan kapasitas kurang dari 626.000 ton.
Tahun 2017 ke sembilan perusahaan ini hanya mengolah 450.000 ton biji kakao. Impor biji kakao oleh 9 perusahaan ini tahun 2017 adalah 226.613 ton. Produksi menurun significant karena hama penyakit, tanaman tua, regulasi ekspor dan persaingan dengan komoditas lain.
Harapan dari munas Askindo adalah supaya asosiasi ini bisa bekerja memaksimalkan industri pengolahan kakao dalam negeri berbasiskan produksi kakao lokal.