Bandung, Mediaperkebunan.id – Penyakit busuk pangkal batang (BPB) yang disebabkan Ganoderma boninense secara signifikan mengurangi produktivitas dan siklus hidup kelapa sawit sehingga akan menganggu ekspor minyak sawit Indonesia yang merupakan salah satu devisa utama. Henny Hendrarjanti, Praktisi P3PI dalam 2nd ISGANO 2025 menyatakan selama lebih dari delapan dekade penyakit BPB telah dianggap menjadi ancaman serius bagi sektor kelapa sawit.
Menurut perkiraan Olaniyi dan Szulczyk (2020) penyakit ini dapat mendatangkan malapetaka pada sawit, tahun 2040 akan memusnahkan 860.610 ha pohon sawit menghasilkan. Di Indonesia penyakit ini menyebabkan penurunan produktivitas kelapa sawit yang signifikan perha area, terutama disebabkan kematian tanaman yang mencapai lebih dari 50%. Kehilangan kelapa sawit hingga 30-40% pada 12 tahun setelah tanam dan diatas >50% pada 25 tahun setelah tanam di daerah yang terkena dampak.
Bila >10% tegakan hilang, penurunan hasil sebesar 0,16 ton TBS/ha per tambahan kematian sawit. Masa bera satu tahun sebelum penanaman kembali, pengurangan 4% hasil kumulatif peningkatan,karena satu tahun periode tidak produktif; tingkat infeksi turun dari 30% menjadi 3-6% pada 9 tahun setelah tanam.
Karakteristik umum G boninense adalah cendawan pelapuk putih yang mendegradasi komponen lignin kayu, termasuk dalam kelas Basidiomycetes, family Ganodermatacae. G boninense adalah species virulen yang menyebabkan tingginya BPB dan species utama yang berbahaya bagi kelapa sawit. Dengan mengenali gejala lebih awal dan peduli terhadap kehadiran Ganoderma maka bencana serangan lebih lanjut dapat ditangani lebih baik melalui tindakan pencegahan agar tidak menyebar ke lokasi lain.
Pada peremajaan Ganoderma membentuk dinding pertahanan diri (pseudoscelerotium) yang merupakan kekuatannya. Berbentuk resting body, Ganoderma belum parasit karena belum menemukan inangnya. Biomassa kelapa sawit yaitu batang pohon, pelepah dan bole akar yang terkena Ganoderma pada peremajaan diberi perlakuan biologi yang memungkinkan mendegradasi ligninselulosa biomassa sawit secara berkelanjutan melalui metode enzimatik.
Cendawan Hymenomycetes pelapuk putih Trametes lactiena bermanfaat dalam mekanisme pemecahan ligninselulosa sebagai perlakukan biologi awal dalam proses degradasi biomassa sawit. Bersifat non patogenik pada uji pembibitan sawit dan dapat digunakan sebagai agen pengendali hayati terhadap BPB.
Ketika struktur buah (basidiocarp) pertama kali muncul biasanya berwarna putih. Namun seiring dengan panjang dan lebarnya yang meluas dengan cepat, permukaan atasnya berubah menjadi berbagai warna kuning dengan kecoklatan dengan zona konsentris. Basidiokarp besar dan berkayu merupakan ciri khas.
Pada batang sawit yang terinfeksi, tubuh buahnya sering berkembang menjadi pola seperti kipas yang mengandung spora berdinding ganda dan terpotong dengan lapisan dalam yang warnya berkisar dari kuning hingga coklat. Koloni G,boninense dibedakan secara morfologis karena memiliki warna putih pada permukaan dan pigmen gelap pada bagian belakang.
Pada kondisi gelap, kulturnya mengembangkan permukaan bergelombang yang melengkungan agar. Suhu ideal untuk pertumbuhannya adalah 30oC dan dapat tumbuh pada pH 3-8,5. Pertumbuhan sangat terhambat pada suhu 15oC dan 35oC dan tidak mungkin diatas 40oC apabila di area endemik.