2021, 11 Oktober
Share berita:

Simbiosis mutualisme, itulah yang dilakukan pada komoditas kelapa sawit. Keduanya saling membutuhkan dan saling menguntungkan, dalam hal ini petani dan industri.

Suka tidak suka, perusahaan dengan petani keduanya saling membutuhkan. Perusahaan membutuhkan petani, dan petani membutuhkan perusahaan. Atas dasar itulah konsep kemitraan diperlukan agar keduanya baik petani dan perusahaan dalam hal ini industri bisa tersenyum bersama.

Deputy Head Smallholders Management Asian Agri, Pantun Sihombing mengakui bahwa dengan melakukan kemitraan dapat mendorong kesejahteraan petani.

Hal ini lantaran dengan melakukan kemitraan maka produktivitas lahan petani akan meningkat karena petani mitra akan diajarkan bagaimana melakukan budidaya yang baik sesuai good agriculture practices (GAP). Alhasil, dengan melakukan budidaya yang baik sesuai GAP maka produksi petani akan ikut meningkat. Sehinga dengan meingkatnya produksi petani maka meningkat pula pendapatan petani.

“hal ini sesuai dengan visi kita yakni menjadi salah satu perusahaan berbasis sumber daya alam berkelanjutan terbesar dan terbaik, senantiasa menciptakan manfaat untuk masyarakat, negara, iklim, pelanggan, dan perusahaan. Kami disatukan oleh tujuan bersama untuk meningkatkan kualitas
hidup dengan mengembangkan sumber daya alam secara berkelanjutan,” papar Pantun Sihombing dalam dalam webinar dan Live Streaming 2nd Indonesian Palm Oil Smallholders Conference (IPOSC) ‘Memperkuat Petani Kelapa Sawit” yang diselenggarakan oleh Media Perkebunan, POPSI (Perkumpulan Forum Petani Kelapa Sawit Jaya Indonesia) dengan dukungan BPDPKS (Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit).

Lebih dari itu, lanjut Pantun Sihombing, dengan melakukan budidaya secara GAP maka biaya produksi bisa lebih efektif dan efisien. Hal ini karena petani mitra yang tergabung dalam kopreasi juga diajarkan bagaimana mengendalikan organisme pengganggu tanaman (opt). Diantaranya bagaimana melakukan penyemprotan agar tidak ada gulma yang mengganggu tanaman. Lalu terhindar dari ulat api, dan lainnya.

Baca Juga:  Demi Mendongkrak Pasar Dalam Negeri, PPKS Uji Coba B50

“Bahkan, perusahaan melakukan pendekatan kepada petani untuk melakukan perbaikan dan pemeliharaan jalan dengan melibatkan petani secara langsung. Kemudian, memberikan pinjaman lunak kepada kelompok tani yang membutuhkan. Lalu, memperbaiki kondisi jalan yang diharapkan minimal 70% baik dan 30% sedang/kondisi minimal,” jelas Pantun Sihombing.

Hal yang paling penting, Pantun Sihombing menuturkan, petani mitra mendapatkan harga penjualan tandan buah segar (TBS) yang lebih baik jika menjual ke perusahaan atau pabrik kelapa sawit (PKS) mitranya. “Hal ini karena perusahaan melakukan transparansi harga kepada petani,” tutur Pantun Sihombing.

Kemudian, Pantun Sihombing mengakui, perusahaan selaku mitra dari petani bisa penjamin atau avalis untuk para petani yang ingin mengajuka program peremajaan sawit rakyat (PSR). Sehingga dalam hal ini tidak sedikit petani yang melanjutkan kemitraan dengan perusahaan.

Salah satu petani yang sudah merasakan manfaat dengan melakukan kemitraan dengan perusahaan dalam hal ini dengan Asian Agri diantaranya H. Ruhiyat asal Desa Bukit Harapan, Kecamatan Merlung, Tanjung Jabung Barat, Jambi.

Kemitraan telah membawa petani sawit yang bernaung dalam KUD Karya Jaya yang dipimpinnya mencapai kemajuan yang pesat. Bukan saja mengenai taraf hidup dan penghasilan masing –masing keluarga yang meningkat, kemitraan menurutnya mampu membangun kehidupan bermasyarakat yang lebih bertanggung jawab sebagai mahluk sosial.

Produktivitas menjadi elemen penting bagi KUD Karya Jaya dalam menetapkan target kebun anggotanya. “Kami mendidik dan membekali anak-anak agar belajar secara serius, agar mereka bisa mandiri ataupun meneruskan memelihara kebun kami agar produktif dan mencapai kemakmuran,” kata Ruhiyat yang juga Ketua KUD Karya Jaya.

Ruhiyat menerangkan, jumlah anggota KUD Karya Jaya sebanyak 559 orang dengan luas lahan 800 hektare (Ha) akan turut berperan mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. Dengan peremajaan kebun sawit yang dilaksanakan dalam dua tahap yakni tahun 2020 seluas 440 Ha dan tahun 2021 seluas 360 Ha, para petani optimis kemitraan antara KUD Karya Jaya dengan PT. Inti Indosawit Subur akan melanjutkan silaturahmi dan bekerja sama dalam pengelolaan kebun selama 1 siklus tanaman ke depan.

Baca Juga:  Pemerintah Dorong IKM Gula Semut Melalui Mesin Otomatisasi

Kemitraan dalam meremajakan kebun sawit petani merupakan keputusan bersama yang didasari pengalaman puluhan tahun sebelumnya saat mereka memulai kebun sawit di Jambi. Kesepakatan bermitra dengan perusahaan pun dicapai dengan pertimbangan profesionalisme, kemampuan teknis, komitmen pendampingan, penyediaan benih unggul serta fasilitas lain yang dapat menekan biaya lingkungan dan sosial selama masa tunggu panen.

KUD Karya Jaya juga menerima bantuan CSR sapi bergulir sebanyak 40 ekor dari Asian Agri di tahun 2008 yang dikembangkan hingga sekarang masih terdapat 200 ekor sapi.

”Dalam rangka menyiapkan peremajaan kebun, petani mitra dibina untuk menyiapkan tabungan dan mengembangkan sektor di luar sawit sebagai sumber pendapatan alternatif,” jelas Ruhiyat.

Lebih lanjut, Ruhiyat mengakui, “kami memiliki kebun yang sangat produktif, dan karena itu tidak ingin berspekulasi dengan pihak lain yang menawarkan program peremajaan dengan harga yang lebih murah ataupun fasilitas pendukung lainnya, namun kinerja perusahaan tersebut belum terbukti hasilnya”.

Sebagai mahluk sosial, ujar Ruhiyat, anggota dan pengurus KUD diminta untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menerapkan prinsip keberlanjutan, rajin, disiplin dan tekun dalam pengelolaan kebun, sehingga mereka dapat menjadi pelopor dalam menanggulangi akar penyebab kemiskinan dan kelaparan. “Kita hidup bersama, maju bersama dan tidak akan meninggalkan siapa pun saat peremajaan berlangsung,” jelas Ruhiyat.

Petani lainnya yang juga bermitra dengan Asian Agri yakni Antonius Tulus petani KUD Bina Usaha Baru.

“Kami sudah 33 tahun bermitra dengan Asian Agri. Dimulai dari orangtua orangtua kita dahulu. Hingga mulai replanting pada 2016 lalu. Motivasi kami bermitra dengan Asian agri adalah meningkatkan kesejahteraan kami para petani sawit,” kata Tulus.

Disisi lain, pada masa tatanan baru (New Normal) seperti saat ini, Asian Agri tetap menjaga keberlangsungan operasional baik di perkebunan maupun pabrik kelapa sawit. Perusahaan juga telah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah penularan Covid-19 di perkebunan sawit dan karyawannya .

Baca Juga:  Konferensi IPOSC 2019

“Protokol kesehatan telah berjalan sangat baik di kebun. Sampai hari ini, tidak kasus positif di perkebunan kami,” tambah Stakeholder Relations Director Asian Agri Bernard Riedo.

Bernard pun menjelaskan, para pekebun dan karyawan pabrik Asian Agri telah mengikuti protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Hal ini agar pengelolaan kebun berkelanjutan terus berjalan sehingga mencapai target produksi yang ditetapkan.

Bahkan, terkait praktik sustainability, perusahaan tetap mengadopsi meski tak bisa turun ke lapangan secara langsung. “Namun manajemen akan terus memverifikasi data dan pengawasan. Pola ini juga disetujui lembaga auditor dan Lembaga seperti RSPO,” kata Bernard.

Selain itu, kata Bernard, program keberlanjutan Asian telah berjalan sesuai target dengan 100 persen meraih sertifikat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil). Perusahaan juga teurs melakukan pendampingan pada empat KUD di Riau dan Jambi yang berhasil meraih sertifikasi RSPO bagi petani swadaya.

Sekedar catatan, menanggapi sertifikasi ISPO, saat ini pemerintah telah menerbitkan Peraturan Presiden nomor 44 tahun 2020 tentang Sistim Sertifikasi Kelapa Sawit Berkelanjutan Indonesia yang telah selesai disusun oleh Kementerian Pertanian (Kementan) dan saat ini sedang proses harmonisasi di Kementerian Hukum dan HAM. (adv/puspa)