Jombang, mediaperkebunan.id – Perjuangan Kementerian Pertanian untuk segera mencapai target swasembada gula tahun 2024 belum berakhir. “Melalui program Persiapan Swasembada Gula Konsumsi Nasional dengan cara revitalisasi industri gula nasional secara komprehensif. Dengan cara tersebut diharapkan dapat menekan volume impor gula rafinasi yang selama ini diperuntukkan untuk memenuhi kekurangan konsumsi gula nasional” tutur Gatot Irianto dalam kunjungannya ke BBPPTP Surabaya selaku Plt. Inspektur Jenderal Kementan.
Gatot juga menuturkan bahwa “Revitalisasi pabrik gula sebenarnya tidaklah susah. Teknologi yang dibutuhkan pun tidak terlalu canggih. Namun, revitalisasi pabrik gula akan percuma jika pasokan tebu sebagai bahan baku gula di bawah kapasitas pabrik. Investor pun akan ragu kalau produksi tebu tidak mencukupi kebutuhan pabrik, sejauh ini kestabilan produksi tebu para petani masih sulit dijaga.”
Melalui kunjungan singkat ke BBPPTP Surabaya sebagai salah satu Unit Pelayanan Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perkebunan yang masih berada di bawah lingkup Kementerian Pertanian RI, Gatot berharap agar gencar mensosialisasikan cara bertani tebu modern dan efisien dengan menggunakan bibit unggul yang nilai rendemannya tinggi. Kerjasama harus dilakukan antara Pemerintah dengan BUMN dan Swasta, misalnya untuk meningkatkan kualitas benih.
Semakin banyak produksi benih yang dilakukan oleh pihak pemerintah, harusnya harga semakin murah, karena tenaga kerjanya dibiayai oleh pemerintah. Sebagai lembaga audit internal Kementan, Inspektorat Jenderal akan tetap memonitoring kegiatan Balai Besar dari mulai benih hingga proses bongkar ratoon di lapangan dan bila berhasil diharapkan BBPPTP Surabaya siap menjadi salah satu instansi Badan Layanan Umum Kementan ke depannya, imbuh Gatot.

Senada dengan Gatot, Kresno Suharto selaku Kepala BBPPTP Surabaya menuturkan bahwa “saat ini Balai Besar siap mendukung program tersebut karena telah memiliki Nurseri di Jawa Timur yang berada di Kabupaten Tuban dengan berkapasitas 15.000 Polybag dan di Kabupaten Malang (Polbangtan Malang) berkapasaitas 90.000 Polybag.
Kemudian juga melakukan kerjasama dengan Pusat Penelitian (Puslit), Badan Litbang dan PTPN terkait, untuk dapat menghasilkan benih Tebu melalui Kultur Jaringan dengan cepat, harga produksi murah dibandingkan proses melalui stek (read; bagal) dan tingkat ketahanan terhadap penyakit juga lebih kuat.
“Pengembangan pembangunan nurseri yang dimulai dari Tuban dan diperkuat dengan pembangunan di Polbangtan Malang serta kerjasama dengan petani tebu rakyat di Kediri seluas 2 Hektar, Jombang 1 Hektar, dan Mojokerto 2 Hektar sebagai kebun perbanyakan adalah sebagai usaha untuk mendukung revitalisasi Gula di Jawa Timur,” jelas Kresno.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Outlook Tebu Kementerian Pertanian tahun 2016, Provinsi Jawa Timur merupakan salah satu gudang gula nasional dengan kontribusi 45,06 %, maka sebuah pilihan tepat menjadikan Jawa Timur sebagai penopang swasembada gula nasional 2020-2023.
Hal tersebut juga telah didukung dengan langkah BBPPTP Surabaya dengan program Nurseri Tuban dan Polbangtan Malang yang secara khusus memproduksi benih tebu asal kultur jaringan serta melakukan kerjasama dengan petani tebu rakyat untuk penjenjangnya. Langkah tersebut sebagai rencana untuk memperlancar distribusi dan ketersediaan benih tebu di Jawa Timur.
Perjalanan jawa timur sebagai gudang gula nasional cukup panjang dimulai dari tahun 1887 dengan berdirinya organisasi professional yang menangani masalah tebu pada masa Hindia Belanda dengan nama “Proefstation Oost Java” yang kemudian di Nasionalisasi pada tahun 1945 dan akhirnya hingga sekarang berubah menjadi nama P3GI.
Keterkaitan berdirinya organisasi tersebut telah membentuk kultur agronomi masyarakat jawa timur sebagai petani tebu, maka sudah selayaknya mengembalikan kejayaan dan kesejahteraan petani gula dengan program revitalisasi industri gula nasional secara komprehensif yang dimulai dari hulu hingga hilir untuk menyelamatkan dari ketergantungan impor gula.
Penulis: Amirin Wahyu Widyoutomo/Fungsional Umum & Dodik Dermawan/Calon POPT/ Edit: YIN