Jakarta, Mediaperkebunan.id
Awal April lalu Presiden Joko Widodo melepas ekspor 7 kontainer biji pinang dari Kabupaten Muaro Jambi, Jambi sebesar 126 ton dengan nilai Rp4,069 miliar ke Pakistan. Presiden berharap ekspor pinang semakin meningkat dan memerintahkan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo untuk menyiapkan varietas unggul, baik dan memiliki kualitas yang bagus.
Mengikuti petunjuk Presiden, Mentan Syahrul berkomitmen untuk mendukung pengembangan pinang diberbagai wilayah termasuk Jambi. Kementan akan mendorong produktivitas pinang melalui penyediaan bibit – bibit berkualitas. Ia berharap upaya ini dapat meningkat ekspor pinang ke mancanegara dan memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global.
Adapun untuk pengembangan pinang di Provinsi Jambi, Direktorat Jenderal Perkebunan Kementan telah memfasilitasi kegiatan yang menunjang peningkatan ekspor, antara lain bantuan perluasan 300 ribu pohon benih pinang & sarana produksi, serta 8 paket prasarana Pasca panen.
Sebagai informasi, produktivitas pinang biji rata-rata sebesar 651 kg/hektar, dan untuk varietas Betara di Jambi dapat mencapai 7,81 ton kernel kering/ha/tahun dengan umur produktif mencapai 25 tahun.
Perkebunan pinang hampir seluruhnya dikelola oleh rakyat. Produk turunan pinang berpotensi dikembangkan di dalam negeri, dengan tujuan meningkatkan investasi, nilai tambah dan serapan tenaga kerja, antara lain berupa produk kosmetik/kecantikan, olahan, pangan dan farmasi.
Data dari Balai Penelitian Palma, Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Balitbang Kementan menunjukkan saat ini plasma nutfah yang dimilikinya untuk pinang adalah 38 aksesi dan 2 varietas. Varietas unggul pinang saat ini adalah Pinang Betara dari Jambi dan Pinang Emas dari Kotamobagu, Sulawesi Utara.
Pinang punya peluang dikembangkan dalam skala luas. Potensi 7,5 kg biji kering/pohon/tahun. Jumlah tanaman 1000 pohon per ha (3 x 3 m), dengan harga Rp12.000-15.000/kg maka pendapatan mencapai Rp90-112 juta/Ha/tahun.
Ardi Nova dari Pusat Unggulan Perguruan Tinggi Etnomedisin dan Nutrasetikal Universitas Jambi menyatakan tidak banyak data tentang pinang di Indonesia sebab sejak tahun 2014 BPS tidak lagi mencatat data luas lahan dan produksi pinang Indonesia. Data terakhir yang dicatat BPS luas pinang Indonesia tahun 2013 151.750 Ha, Di Sumatera 69.999 Ha (46,23%) dan di Jambi 18.715 Ha (26,01%).
Data BPS Jambi tahun 2017 menunjukkan 90% luas areal perkebunan pinang Jambi ada wilayah pesisir yaitu Tanjung Jabung Timur 10.623 Ha (50,66%) dan Tanjung Jabung Barat 9.095 Ha (43,34%). Pinang Betara merupakan pinang unggul pertama di Indonesia yang yang berasal dari Jambi dengan ukuran buah lebih besar dan produktivitas lebih tinggi dibanding pinang biasa yang dilepas tahun 2013.
Pinang Jambi kualitasnya tidak diragukan lagi dan sudah terkenal di seluruh dunia sebagai pinang terbaik dan banyak dicari buyer luar negeri. Bank Indonesia mencatat ekonomi Provinsi Jambi tumbuh 4,73% tahun 2019 yang ditunjang peningkatan ekspor kopi dan pinang. Tahun 2018 ekspor biji pinang menyumbang 16,7% total ekspor komoditas perkebunan Jambi. Biji pinang biasa digunakan sebagai bahan baku masakan, kosmetik, permen dan obat-obatan.
“Pada satu sisi bangga hanya dengan ekspor biji pinang telah mampu menjadi komoditas unggulan Jambi dan Indonesia, sisi lain priharin nilai tambah pinang dinikmati negara tujuan ekspor seperti India dan Pakistan,” katanya.