Lombok Barat, Media Perkebunan.id
Kementerian Pertanian kembali mendorong pertumbuhan ekspor sejumlah komoditas dengan memperbaiki budidaya serta pengolahannya. Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menargetkan, pertumbuhan ekspor untuk sejumlah komoditas perkebunan seperti kopi, kelapa, lada, pala dan vanili hingga tiga kali lipat sampai lima tahun ke depan. Hal tersebut dituangkan dalam kebijakan Gerakan Ekspor Tiga Kali Lipat (Gratieks).
Untuk itu, Mentan mendorong agar para produsen dari hulu dan eksportir dapat memacu produksi komoditas perkebunannya hingga tiga kali lipat. “Harus dibantu oleh stakeholder lainnya, eksportir, pengusaha hingga di level paling bawah untuk mengembangkan. Tiga kali lipat ini dalam lima tahun, karena perkebunan paling tidak tanam dua sampai tiga tahun baru bisa tumbuh,” kata Syahrul.
Salah satu yang potensial adalah kopi provinsi Nusa Tenggara Barat. Kopi ini berpeluang untuk dilakukan peningkatan akses pasar dan ekspor ditengah kondisi pandemic covid-19. Hal ini terbukti dengan diadakannya acara Bussiness Matching antara pelaku usaha/ eksportir kopi dengan kelompok tani kopi provinsi NTB pada tanggal 25-26 Agustus di Senggigi, Kabupaten Lombok Barat.
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB, Husnul Fauzi menyambut baik pelaksanaan Bussiness Matching ini. Hal ini menjadi momentum penguatan pasar kopi di Provinsi NTB walaupun saat ini terkendala akses pasar. kedepan melalui kegiatan ini diharapkan ekspor kopi NTB bisa meningkat signifikan.
Potensi perkebunan NTB selain kopi juga ada jambu mete, kakao, kelapa, vanili dan rempah-rempah perlu terus digali pengembangan hulu hilir dan ekspor. “Kami jajaran Dinas Pertanian dan Perkebunan terus berada di depan Bersama Ditjen. Perkebunan dalam mendukung akselerasi peningkatan ekspor komoditas perkebunan, utamanya kopi” katanya.
Acara ini dihadiri oleh 2 pelaku usaha yaitu eksportir kopi dan rempah-rempah yang sudah berpengalaman lebih dari 10 tahun menjalankan bisnis ekspor ke pasar Eropa. PT. Madalle melalui Direktur Utama , Diandra Raunch mengharapkan petani kopi di NTB dapat mempertahankan kualitas kopi untuk memenuhi selera pasar. Langkah awal adalah pengiriman sampel ke beberapa buyer di Eropa. Diharapkan ada hasil yang baik untuk peluang kedepan.
Hal senada juga diungkap Direktur Utama PT. Alam Sari Interbuana, Sigit Ismaryanto yang menyatakan bahwa potensi kopi di NTB ini cukup besar. “Tinggal bagaimana melakukan branding yang baik dari produk kopi tingkat petani. Selain kopi, saya melihat kakao dan cengkeh NTB cukup potensial kedepan, untuk itu kami sebagai pelaku usaha terus berkomunikasi untuk menemu kenali peluang akses pasar ekspor kedepan,” katanya.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan, Dedi Junaedi, dalam sambutannya menyatakan ditengah kondisi perekonomian Indonesia yang defisit 5,32%, sub sektor perkebunan tumbuh positif dan menjadi jaminan pemulihan ekonomi nasional dari sektor pertanian. Tercatat PDB sektor Pertanian tumbuh 16,24% pada TW 2 tahun 2020.
Khusus komoditas kopi, ekspor Indonesia ke dunia meningkat 12% dari sisi volume ekspor jika dibandingkan TW 2 tahun 2019. Ini menjadi angin segar bagi pengembangan komoditas perkebunan Indonesia terutama di NTB. “Saya harapkan kedepan komitmen bersama antara Distanbun NTB, Ditjen Perkebunan dan para pelaku usaha dalam mengakselerasi peningkatan ekspor komoditas kopi,” kata Dedi.
Turut hadir lewat video conference, Hari Prabowo, Direktur Perdagangan, Komoditas, dan Kekayaan Intelektual, Kementerian Luar Negeri. Hari menyatakan akan mendorong kerjasama ekonomi melalui diplomasi untuk peningkatan akses pasar kopi NTB.
Juga Kepala Seksi Bahan Tanaman Penyegar, Kementerian Perdagangan, Abdul Rojak yang menyatakan akan terus mendorong akses pasar kopi Indonesia ,terutama melalui promosi dan penyederhanaan prosedur-prosedur ekspor.
Sampel kopi NTB yang akan dibawa ke Jakarta dan dikirimkan kepada buyer di Eropa dan negara lain berasal dari 12 Kelompok tani (Poktan) yaitu Poktan Kaki Rinjani, Poktan Tumpang Sari I dan II, Poktan Gorok Sokong, Poktan Mangun Jaya, Poktan Kemang Arabika, Poktan Lembah Rinjani, Poktan Bunga Mekar, Poktan Orong Tereng, Poktan King Coffee, Poktan Kopi Samba dan Poktan Mentari.
Direktur Jenderal Perkebunan, Kasdi Subagyono menyatakan apresiasi kepada Distanbun NTB atas pelaksanaan business matching ini. Acara ini akan mendorong suksesnya peningkatan ekspor komoditas perkebunan Indonesia utamanya produk kopi dalam rangka akselerasi program Gratieks yaitu Gerakan 3x lipat ekspor hingga tahun 2024.
Ditjen Perkebunan terus memfasilitasi petani untuk memberikan bantuan sarana alat pascapanen dan pengolahan untuk menghasilkan produk-produk kopi bernilai tambah tinggi, juga dalam hal pembinaan dan pendampingan petani. Saat ini tercatat hanya Kopi Robusta Tambora pada tahun 2017 memperoleh sertifikat Indikasi Geografis.
“Kami mendorong penetapan kopi-kopi di NTB lain yang memiliki kekhasan dari sisi geografis yang dihasilkan melalui perbedaan rasa dan aroma. Pengakuan indikasi geografis pada suatu produk diyakini akan membawa banyak dampak positif, terutama dari segi aspek perekonomian dan sosial antara lain mampu menghasilkan produk berdaya saing dan pada akhirnya mendongrak nilai jual suatu produk secara signifikan,” kata Kasdi.