Pendekatan yang dilakukan Kementerian Perindustrian terhadap industri kecil adalah dengan pembinaan komunitas. Industri kecil dibina dalam penetrasi pasar sehingga bisa berkembang. Contoh yang paling bagus adalah kopi, berkembang secara eksponensial. Sudarto, Direktur Industri Kecil Menengah Pangan, Barang dari Kayu dan Furniture, Ditjen Industri Kecil Menengah Kementerian Perindustrian menyatakan hal ini.
Pada kopi, Kemenperin memilih Kelompok tani yang mau maju dan berkembang dan menghasilkan green bean sesuai standar mutu. Kelompok tani ini terdapat di Tanggamus, Sumbawa, Jambi, Bandung Selatan dan Jawa Tengah.
Satu kelompok diberi alat roasting, giling dan packaging, kemudian di dididik jadi barista dan membuka warung kopi. Hasilnya luar biasa. Dari satu alat roasting bisa tumbuh 4-5 warung kopi. Malah di Solo dari satu alat roasting mampu menumbuhkan 10-20 warung kopi baru.
Kemenperin akan terjun langsung pada industri yang sedang bermasalah dan langsung membereskan. Contohnya industri jamu kecil di Jawa Tengah yang pernah terkena isu menggunakan obat farmasi. Kemenperin membawa BPOM untuk menata kembali industri jamu sehingga memenuhi standar pembuatan jamu yang baik dan sekarang sudah berkembang kembali.
Sedang untuk kelapa, Sudarto bekerjasama dengan Koalisasi Kabupaten Penghasil Kelapa akan membentuk kluster kelapa terpadu. Beberapa kabupaten kelapa yang berdekatan membentuk satu kluster industri kelapa terpadu yang bahan bakunya dipasok dari semua kabupaten ini. Industri yang dikembangkan adalah VCO, nata de coco, gula kelapa dan lain-lain. Diharapkan akan lahir wiraswasta kelapa baru.
Sedang nata de coco yang kemarin sempat bermasalah karena beberapa pelaku usahanya digerebek polisi berkaitan dengan penggunaan urue yang non food grade, diminta segera membentuk komunitas. Kalau sudah terbentuk maka Kemenperin akan memfasilitasi pembelian amonnium sulfat food grade dari Petrokimia Gresik.