Bogor, Mediaperkebunan.id
Pengembangan komoditas serat alam semakin prospektif di tengah isu kerusakan lingkungan dan himbauan back to nature oleh FAO. Tanaman serat alam (misalnya kenaf) mampu menyerap C02 dalam jumlah besar dari atmosfir, yaitu sampai dengan 89 ton CO2/ha/tahun. Demikian orasi Bambang Heliyanto ketika dikukuhkan sebagai Profesor Riset Bidang Pemuliaan dan Genetika Tanaman, Balitbang Kementan.
Saat ini dan kedepan, serat alam banyak dibutuhkan untuk berbagai bahan baku agroindustri pengolahan hasil pertanian, misalnya tekstil bermutu tinggi, kertas uang dan sekuritas, fibre board, penguat biokomposit dan lain-lain. Beberapa keunggulan serat alam adalah mempunyai sifat fisik yang ringan, tidak abrasif, mudah terbakar, tidak toksik, relatif murah, dan dapat terdegradasi sehingga ramah lingkungan.
Sampai saat ini, kebutuhan bahan baku serat alam untuk berbagai produk agroindustri hampir seluruhnya dipenuhi dari luar negeri. Data BPS tahun 2019 menunjukkan bahwa Indonesia melakukan impor serat alam sebesar 629 ribu ton, dengan nilai 1,1 Milyar USD. Disamping itu, Indonesia juga mengimpor dalam bentuk kertas uang sebanyak 1,7 Reem pertahun senilai 50 juta USD.
Peningkatan produksi dan kualitas serat alam nasional dengan demikian diperlukan untuk mengurangi ketergantungan kebutuhan bahan baku agroindustri dari luar negeri, yang sekaligus dapat mengurangi impor.
Tanaman serat alam ditanam di Indonesia terdiri dari serat buah (kapas, kapuk), serat batang (kenaf, rami) dan serat daun (abaka). Kapas dan kapuk banyak dikembangkan di lahan kering tadah hujan, kenaf di lahan bonorowo (rawa semusim), rami di dataran tinggi iklim basah, dan abaka di lahan kering iklim basah.
Beberapa kendala teknis dalam pengembangan tanaman serat adalah: rendahnya produksi dan produktivitas tanaman; persaingan dengan tanaman pangan dan serat sintetis; lahan pengembangan terdesak ke lahan-lahan sub optimal; berbagai cekaman biotikdan abiotik.
Pemecahan masalah tersebut bisa dilakukan melalui pengaturan pola dan sistim tanam yang kompatibel dengan tanaman pangan serta introduksi dan perakitan varietas unggul tahan cekaman biotik dan abiotik.
Untuk mendukung pengembangan serat alam pada era sekarang dan ke depan, program pemuliaan tidak cukup hanya diarahkan untuk peningkatan produktivitas dan mutu serat serta ketahanan terhadap hama penyakit tanaman. Perlu dilakukan langkah-langkah antisipasi terhadap dampak kelimpahan konsentrasi gas CO2 di udara, akibat pemanasan global, dengan merakit varietas kapas transgenik yang mengekspresikan gengen penyandi proses fotosintesis yang efisien dari kelompok tanaman C4.
Disamping itu, upaya antisipatif terhadap perubahan iklim perlu diarahkan untuk menghasilkan varietas yang toleran terhadap salinitas, karena perubahan iklim global antara lain akan menyebabkan perluasan lahan salin.
Respon negara-negara penghasil serat alam terhadap isu back to nature beragam. Tapi pada dasarnya mereka sepakat untuk meningkatkan penggunakan serat alam serta mengembangkan teknologi yang mendukung kelestarian alam. Sebagai contoh, USA telah memprogramkan teknologi pemuliaan tanaman serat yang dapat mendukung efisiensi GRK sebesar 39% dan meningkatkan karbon tanah sebesar 30%.
Pemanfaatan produk-produk serat alam yang ramah lingkungan dan sustainable merupakan solusi terhadap isu kerusakan lingkungan dan himbauan back to nature. Saat ini sudah tersedia varietas unggul tanaman serat dengan produktivitas tinggi dan adaptif lingkungan biotik dan abiotik; yaitu 23 varietas unggul kapas putih dan 3 varietas unggul kapas berwarna, 13 varietas unggul kenaf, 1 varietas unggul rami, 3 varietas unggul abaka dan 4 varietas unggul kapuk.
Pemanfaatan varietas unggul kapas ke lahan pengembangan baru di luar Jawa seluas 250,000 ha akan menghasilkan serat sebanyak 650,000 ton/tahun, sehingga berpotensi untuk mengurangi impor serat kapas. Pemanfaatan VUB tanaman serat ini dapat mendukung penyediaan bahan baku agro industri berbasis serat alam yang berkelanjutan, mensejahterakan petani sekaligus sebagai upaya mitigasi lingkungan melalui susbtitusi plastik dan berbagai produk berbahan baku serat sintetis