Yogyakarta, mediaperkebunan.id – Pengalaman bertahun-tahun menunjukkan Institut Pertanian Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian (INSTIPER) Yogyakarta turut mengembangkan sumber daya manusia (SDM) untuk kebutuhan subsektor perkebunan kelapa sawit plus industri hilirnya.
Hal itu semakin diperkuat dengan adanya dukungan pendanaan, termasuk untuk kegiatan beasiswa sawit, dari Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawfit (BPDPKS) yang dibentuk oleh Presiden ke-VII Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) pada tahun 2017 yang lalu.
Nah, kini INSTIPER Yogyakarta ingin melebarkan sayap dengan melakukan pengembangan SDM kepada para mahasiswa mereka untuk memenuhi kebutuhan yang ada di subsektor perkebunan kakao plus industri turunan atau hilirnya.
Hal itu tentu sangat dimungkinkan seturut dengan munculnya Peraturan Presiden (Perpres) nomor 132/2024 tentang Pengelolaan Dana Perkebunan yang dikeluarkan Presiden Jokowi pada 18 Oktober 2024, atau 2 hari sebelum berakhir masa jabatannya sebagai Presiden.
Perpres itu sendiri menegaskan adanya perubahan BPDPKS menjadi BPDP dan ditegaskan bahwa proses pendanaan tidak hanya dikucurkan untuk subsektor kelapa sawit saja, melainkan juga untuk subsektor perkebunan kelapa dan perkebunan kakao.
Pengembangan SDM untuk perkebunan kakao telah dilakukan oleh INSTIPER Yogyakarta, termasuk dengan menggelar praktek lapangan di perkebunan kakao bagi para mahasiswa INSTIPER di kebun Stiper Education and Training Area (SEAT) Ungaran, Provinsi Jawa Tengah (Jateng).
Mohammad Prasanto Bimatio M Eng selaku Pelaksana Tugas (Plt.) Ketua Prodi Teknologi Hasil Pertanian melihat kegiatan praktek lapangan dilakukan sebagai media pembelajaran yang kontekstual dan aplikatif.
“Sekaligus bentuk dukungan terhadap hilirisasi komoditas kakao nasional,” ucap Mohammad Prasanto Bimatio dalam sebuah keterangan resmi yang dikutip mediaperkebunan.id, Jumat (13/6/2025).
“Kami ingin mencetak lulusan yang tidak hanya paham teori, tetapi juga memiliki keterampilan praktis serta jiwa kewirausahaan berbasis hasil perkebunan, khususnya kakao,” tambah Mohammad Prasanto Bimatio.
Dia juga yakin kalau kegiatan tersebut bisa membuka peluang untuk sinergi dengan berbagai program penguatan SDM perkebunan kakao, termasuk potensi dukungan dari BPDP.
Pihaknya juga tidak menutup kemungkinan adanya dukungan dari lembaga lain yang memiliki perhatian terhadap pengembangan komoditas kakao.
“Harapannya, INSTIPER bisa menjadi mitra strategis dalam mencetak generasi muda perkebunan yang kompeten dan siap menghadapi tantangan industri kakao ke depan,” kata Mohammad Prasanto Bimatio.
Pembelajaran dengan melibatkan berbagai program studi di INSTIPER Yogyakarta , kata dia, merupakan bentuk sinergi untuk memastikan mahasiswa mendapatkan ilmu pengetahuan yang holistik dan kemampuan praktek untuk siap memasuki dunia kerja.