SERDANG BEDAGAI, Mediaperkebunan.id – Peluang pasar kelapa Pandan Wangi semakin terbuka dan pangsanya besar. Permintaan benih sudah menyebar hingga ke Papua. Kelapa Pandan Wangi merupakan varietas unggul komoditas perkebunan yang sudah dilepas Kementerian Pertanian.
Pengelola Kelapa Pandan Wangi Sumatera Utara Jasman Silitonga mengatakan, sejak dilepas tahun 2018 hingga 2021, benih sudah diedarkan sebanyak 70.000 ke seluruh Indonesia. “Kita fokus dibenih dan sudah hampir seluruh Indonesia,” ujarnya saat ditemui di lokasi kebun sumber benih Kelapa Pandan Wangi, Pantai Cermin Kanan, Kabupaten Serdang Bedagai, Sumatera Utara (17/06).
Jasman mengakui, untuk ditetapkan sebagai produsen benih unggul kelapa pandan wangi dirinya harus mengalami proses berjuang selama kurang lebih 18 tahun. Dia pun mulai menggeluti usaha kelapa pandan wangi ini sejak tahun 2001.
Setidaknya selama 4 tahun, mulai 2014 hingga 2018, kebun Jasman ditetapkan sebagai kebun sumber benih unggul lokal oleh Ditjen Perkebunan yang selanjutnya dilepas Kementerian Pertanian sebagai varietas unggul kelapa pandan wangi.
Pada awalnya di tahun 2001, Jasman mengaku melakukan penanaman secara tradisional saja. Karena belum mengetahui metode-metode terbaru. “Jadi dilakukan sebatas pengetahuan kita saja. Baru sekitar tahun 2013-2014, Balitpalma turun kita pun mengubah tata cara penanaman kelapa dan mulai mencari inovasi baru,” paparnya.
Sejak tahun 2014, Jasman mulai mendapatkan pembinaan dari Balitpalma, Dinas Perkebunan dan Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Perkebunan, khususnya Balai Besar Perbenihan Dan Proteksi Tanaman Perkebunan (BBPPTP) Medan, berupa informasi tentang kelapa, cara penyemaian, cara penanaman, dan penseleksian serta proses mengedarkan baik dalam bentuk benih atau butiran.
Jasman menyebutkan, dalam setahun saat ini produksi kelapa pandan wangi sekitar 22.000 butir/tahun per hektar (Ha). Sedangkan populasi kebun seluas 13 Ha sudah tanam.
Di masa pandemi ini, menurut Jasman, produksi harus bisa berjalan dengan baik dan terjaga kualitasnya. “Salah satunya selalu melaksanakan seleksi ketat, seperti penebangan pohon yang kita rasa kurang produktif, kurang wangi, kurang secara fisik dan secara genetik kurang membawa rasa pandannya, jadi kita tebang. Menjaga komitmen agar kualitasnya tetap sesuai kriteria dan bermutu baik,” katanya.
“Meningkatkan produksi membutuhkan lahan, ada lahan yang kita akan kembangkan. Tapi kemarin terkendala diadministrasi dengan pemeritah kabupaten terkait ijin kelola. Lahan tersebut tidak termasuk kawasan hutan, tapi pemkab belum memberikan ijin kelola. Saat ini kita belum tahu apa permasalahannya,” ungkap Jasman.
Jasman menambahkan, kita perlu pembinaan dan dukungan yang intens dari pemerintah untuk meningkatkan produksi. Jika ada lahan baru kita siap mengelolanya, karena untuk memenuhi produksi sekarang dibutuhkan tambahan lahan karena lahan terbatas.
Selain itu, Jasman juga membutuhkan alat untuk mengolah limbah kebun, seperti pelepah-pelepah membutuhkan mesin pencacah supaya tidak menjadi sarang hama. Karena jika dibiarkan tergeletak dapat mempengaruhi kualitas mutu produksi dan produktivitas kebun kelapa ini. Pelepah-pelepah yang dicacah juga bisa dijadikan pupuk alami.
Beredarnya kelapa pandan wangi asalan dipasaran tentunya sangat meresahkan semua pihak, karena bisa mencoreng kualitas asli dari panda wangi yang bisa mengakibatkan daya jualnya menurun.
“Bisa saja itu membeli harga murah tapi dikemas dengan cara kelapa biasa dikupas lalu dicelupkan ke biang aroma pandan, tetapi rasanya tentunya akan terasa berbeda,” tukas Jasman.
Menurut Jasman, salah satu cara untuk mendeteksi kelapa pandan wangi di pasaran, dapat dilakukan dengan membakar sedikit daunnya panaskan dengan api, akan mengeluarkan atau tercium aroma pandan, atau akar mudanya kita ambil lalu dipijat akan langsung tercium aroma pandan.
Jasman mengatakan, tantangan kita semua untuk memiliki komitmen terus berjuang mengembangkan kelapa Indonesia khususnya dalam hal ini pandan wangi, sehingga kelapa pandan wangi asal Indonesia bisa popular, memiliki kualitas mutu yang baik dan berdaya saing, dan tidak hanya kalangan tertentu saja yang menikmati serta bisa lebih dikenal dunia.
Menurut Jasman, kelapa ini makin dikenal di seluruh Indonesia. Orang semakin percaya membeli kelapa miliknya ini, bahwa yang kita keluarkan itu benar-benar diseleksi dan cukup bisa diandalkan serta pasti lebih baik daripada benih-benih sembarang yang di luar.
Jasman berharap, kelapa pandan wangi ini dapat menjadi ikon (simbol) Sumatera Utara, “Kalau 10 tahun ke depan sudah menyebar keseluruh Indonesia jangan sampai hilang kalau itu asal muasalnya dari Sumatera Utara, biar mereka tahu walau ditanam di wilayah-wilayah lain, ciri khas asal Sumatera Utara tetap ada, tidak hilang, melekat,” katanya.
Menurut Jasman, Kelapa pandan wangi ini sudah ditanam di Papua Barat. Sebagai salah bentuk untuk mempromosikan kelapa ini di Papua Barat punya program Kapak Tersenyum.
Terbukti dari proses perjalanan dari awal hingga saat ini, upaya kerja keras, kesabaran dan komitmen kuat yang dilakukan oleh Jasman dan anggotanya selama bertahun-tahun ini telah membuahkan hasil.
“Mudah-mudahan kelapa ini bisa berkembang ke seluruh Indonesia dan kita bisa menjadi pemasok atau mensuplai kelapa ini ke seluruh dunia, karena pasarnya masih sangat terbuka dan peluangnya sangat besar,” harap Jasman.
Saat pemeliharaan kebun pun, Jasman juga selalu arahkan anggota untuk mengutamakan jaga kesehatan dan menjaga jarak saat bekerja. “Kita selalu melaksanakan protokol kesehatan walau di kebun,” kilahnya. (DAP/Humas Ditjenbun)