Besarnya produksi minyak sawit disebabkan produktivitas minyak perkebunan kelapa sawit yang jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas minyak tanaman penghasil minyak nabati lainnya.
Dunia semakin sempit. Kebutuhan lahan untuk perumahan, gedung sekolah, perkantoran, pusat berbelanjaan dan lain-lain terus meningkat baik di negara berkembang maupun di negara maju. Sementara itu kebutuhan akan produksi pertanian atau perkebunan terus meningkat akibat jumlah pertambahan penduduk maupun kemajuan ekonomi. Kebutuhan minyak nabati misalnya meningkat terus baik untuk bahan pangan, bahan baku industri (sabun, sampo, detergen, kosmetik, farmasi dan lain-lain), serta untuk biofuel meningkat terus. Untuk itu masyarakat dunia perlu memilih penghasil minyak nabati yang hemat menggunakan lahan dalam arti kebutuhan minyak nabati dapat dipenuhi dengan lahan yang relatif sempit.
Menurut data pada tahun 2013, luas areal empat tanaman penghasil minyak nabati utama dunia yakni kelapa sawit, kedelai, bunga matahari dan rapeseed adalah sekitar 191 juta Ha. Dari empat minyak nabati utama tersebut, minyak kedelai adalah peringkat utama kebun terluas, lalu disusul rapeseed, bunga matahari dan kemudian sawit.
Luas kebun kedelai sekitar 110 juta hektar atau 58 persen dari luas empat tanaman penghasil minyak nabati dunia. Dengan areal sekitar 58 persen tersebut, kebun kedelai hanya menghasilkan minyak sebesar 47 juta ton (31 persen) dari produksi empat minyak nabati utama dunia. Berbeda dengan perkebunan kelapa sawit yang hanya memiliki luas sekitar 19 juta hektar atau 10 persen, mampu menghasilkan minyak sebesar 62 juta ton atau 41 persen dari produksi 4 minyak nabati utama dunia.
Besarnya produksi minyak sawit tersebut disebabkan produktivitas minyak perkebunan kelapa sawit yang jauh lebih tinggi dibandingkan produktivitas minyak tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Produktivitas minyak kelapa sawit per hektar lahan jauh lebih tinggi (8-10 kali lipat) dari produktivitas minyak nabati lainnya. Sehingga, dengan lahan yang lebih sedikit mampu menghasilkan minyak nabati yang lebih banyak.
Produktivitas minyak sawit per hektar yang paling tertinggi tersebut, menyebabkan pangsa minyak sawit dalam produksi 4 minyak nabati utama dunia meningkat cepat dari 22 persen (1965) menjadi 41 persen (2014). Padahal luas areal hanya meningkat dari 3.6 juta hektar (1965) menjadi 17 juta hektar (2014). Bandingkan dengan luas areal kedelai yang meningkat dari 25 juta menjadi 111 juta hektar pada periode yang sama.
Dengan demikian, jelas bahwa minyak sawit adalah minyak nabati paling hemat menggunakan lahan. Kebun sawit merupakan solusi untuk memenuhi peningkatan kebutuhan minyak nabati dunia dalam menghadapi lahan yang makin sempit kedepan. Sumber : Palm Oil Agribusiness Strategic Policy Institute (PASPI)