Medan, Mediaperkebunan.id
Memasuki pertengahan Februari ini, sebagian besar perkebunan karet di Sumatera Utara telah mengalami gugur daun. Gugur daun yang terjadi ini adalah gugur daun alami atau gugur daun primer yang merupakan proses alami.
Secara fisiologi tanaman menggugurkan daunnya untuk mengantisipasi ketersediaan atau kebutuhan air tanaman yang selalu terjadi pada musim kemarau. Edy Irwansyah, Sekretaris Eksekutif GAPKINDO Sumut menyatakan hal ini.
Persentase gugur daunnya bervariasi tergantung lokasi dan jenis klon karetnya. Pada saat pohon karet mengalami gugur daun 100%, produksi lateksnya sekitar 30% dari keadaan normal. Penurunan tertinggi terjadi pada saat pembentukan daun muda.
Gugur daun di Sumatera Utara diperkirakan akan berakhir pada April yang akan datang. Keadaan ini membuat pabrik pengolahan karet kesulitan bahan baku.
Berkurangnya pasokan ini berdampak pada meningkatnya harga pembelian lokal. Di pasar internasional juga sudah mulai menunjukkan peningkatan.
Menurut beberapa pelaku usaha, walaupun harga beli ditingkatkan, bahan baku yang dibutuhkan juga tidak dapat mencukupi, sebab pasokan karet rakyat belakangan ini terus berkurang karena dikonversi ke tanaman lain.
Data Ditjen Perkebunan tahun 2020 menunjukkan luas areal karet di Sumut mencapai 396.678 Ha, nomor tiga terluas di Indonesia setelah Sumsel 870.144 Ha dan Jambi 396.825 Ha. Terdiri dari perkebunan rakyat 291.717 Ha, perkebunan negara 33.484 Ha, dan perkebunan swasta 71.476 Ha.
Produksi karet Sumut tahun 2020 327.670 ton, nomor 2 setelah Sumsel 804.768 ton. Kelembagaan petani masih lemah, jumlah UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) di Sumut hanya 4, jauh dibawah Sumsel 342, Kalsel 179, Jambi 83, Riau 71.
Produktivitas karet Sumut tahun 2020 1,03 ton/Ha, jumlah petani 187.844 orang, sedang tenaga kerja 47.463 orang. Perkebunan karet rakyat tahun 2019 di Sumut yang paling luas adalah Kabupaten Mandailing Natal 42.347 Ha, produksi 39.136 ton, produktivitas 980 kg/Ha, petani 16.093 orang. Terluas kedua adalah Kabupaten Langkat 39.851 Ha, produksi 30.182 ton, produktivitas 765 kg/Ha, petani 20.017 orang.
Kemudian Padang Lawas Utara 22.613 Ha, produksi 22.613 ton, produktivitas 828 kg/Ha, petani 14.793 orang. Tapanuli Tengah 26.441 Ha, produksi 17.510 ton, produktivitas 621 kg/Ha petani 21.940 orang. Labuhan Batu Selatan 26.071 Ha, produksi 22.311 ton, produktivitas 828 kg/Ha, petani 13.907 orang. Labuhan Batu 20.189 Ha, produksi 16.679 ton, produktivitas 840 kg/Ha, petani 8.738 orang.