Jakarta, mediaperkunan.id – Tingginya permintaan di pasar internasional, menjadikan kakao sebagai salah satu komoditas perkebunan dengan prospek menjanjikan. Meskipun begitu, berbagai tantangan kerap mengancam kebun kakao di Indonesia, seperti terjadi perubahan iklim berdampak pada menurunnya kesejahteraan petani kakao.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau, dan Bahan Penyegar Kementerian Perindustrian, Merijanti Punguan Pitaria mengungkapkan, kurangnya bahan baku kakao berdampak pada industri pengolahan kakao di Indonesia. Dari 19 pabrik pengolahan kini tinggal 11 pabrik pengolahan.
“Sedangkan 8 pabrik pengolahan komoditas kakao sudah tidak beroperasi karena sulitnya bahan baku. Karena itu kami mendorong semua pihak untuk meningkatkan produksi bahan baku,” ujar Meri Senin (16/12/2024).
Meri mengungkapkan, industri kakao memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia, baik dari sisi sektor industri maupun kesejahteraan petani. Industri kakao di Indonesia memiliki potensi besar untuk mendukung ekonomi nasional.
“Kami berharap, berbagai inisiatif yang dihadirkan oleh Cocoa Life ini bisa berdampak positif bagi pendapatan petani kakao dan sekaligus juga menjadi inspirasi bagi berbagai pihak lainnya untuk turut mendukung penguatan posisi Indonesia dalam industri kakao global,” ujar Merijanti.
Dalam kaitan itu Mondelez International melalui Cocoa Life, program keberlanjutan kakao, menggelar workshop bertema “Mendorong Lanskap Agroforestri Kakao Berkelanjutan”, secara hybrid. Workshop in sebagai inisiatif untuk mendorong upaya perlindungan hutan dan praktik berkebun kakao berkelanjutan.
Director Sustainability, South East Asia, Mondelez International Andi Sitti Asmayanti mengatakan, Cocoa Life telah mengimplementasikan berbagai inisiatif untuk memberikan dukungan kepada petani guna membantu pelestarian hutan dan penerapan praktik agroforestri.
“Oleh karena itu, melalui workshop ini kami ingin meningkatkan kesadaran pemangku kepentingan dan komunitas tentang pentingnya perlindungan hutan, serta mendorong adopsi praktik berkebun kakao yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” jelas Andi Sitti.
Agroforestri di kebun kakao sendiri merupakan salah satu cara berkebun dengan memadukan tanaman non-kakao di sekitar dengan tanaman kakao, seperti kelapa, durian, alpokat (tanaman buah), maupun pohon jati, pohon sengon (tanaman kayu), dengan tujuan untuk menaungi tanaman kakao dari intensitas sinar matahari secara langsung.
Selain berkontribusi dalam mitigasi perubahan iklim, upaya ini juga dapat membantu peningkatkan kesejahteraan petani melalui sumber pendapatan baru.
Andi Sitti Asmayanti menambahkan, Cocoa Life adalah program keberlanjutan kakao dari Mondelēz International yang telah hadir sejak 2012 yang bertujuan untuk menjadikan sumber kakao lebih berkelanjutan di negara-negara penghasil kakao utama. (yr)