Serui, Mediaperkebunan.id – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kepulauan Yapen, Provinsi Papua, tampaknya mulai melihat potensi pengembangan perkebunan kakao di tingkat masyarakat pedesaan, termasuk di Distrik atau Kecamatan YawaKukat.
Karena itu tidak heran kalau Wakil Bupati (Wabup) Kepulauan Yapen, Roy Palunga, mengingatkan agar dana Desa atau dana kampung benar-benar dimanfaatkan oleh kepala kampung untuk kesejahteraan masyarakat, termasuk dalam hal pengembangan perkebunan kakao.
Kata Wabup, seperti dikutip Mediaperkebunan.id dari laman RRI, Sabtu (5/4/2025), masyarakat Distrik Yawakukat berencana mengembangkan perkebunan kakao seluas 200 hektar (Ha).
“Dan hal itu telah menjadi program prioritas dan sudah diusulkan dalam musyawarah rencana pembangunan atau Musrenbang Distrik YawaKukat pada 14 Maret 2025 yang lalu. Saya hadir di Musrenbang Distrik Yawakukat tersebut,” kata Wabup.
Wabup Roy Palunga juga mengungkapkan bahwa program tersebut akan dilaksanakan di tujuh kampung yang terletak di Distrik Yawakukat, yaitu Kampung Kaboean, Kampung Rambai, Kampung Borai, Kampung Paseni, Kampung Baniwon, dan Kampung Sanayoka.
Sementara itu Ketua Asosiasi Petani Kakao Kabupaten Kepulauan Yapen, Gasper Samai, meyakini adanya prospek yang cerah untuk harga biji kakao hingga tahun 2045. Menurut Gasper Samai, harga biji kakao kering di Kabupaten Kepulauan Yapen saat ini mencapai Rp 70.000 per kilogram (Kg), dan harga tersebut diprediksi akan terus meningkat di masa depan.
Gasper Samai juga menjelaskan mengenai potensi pengembangan tanaman kakao di wilayah Kabupaten Kepulauan Yapen, termasuk di Distrik Yawakukat. “Ketersediaan lahan di setiap distrik yang ada di Kabupaten Kepulauan Yapen adalah 1 hektar, dengan luas lahan yang terfokus antara 5 hingga 25 hektar,” ucap Gasper Samai.
Kata dia, saat ini ada rencana pengembangan perkebunan kakao yang mencakup 100 hektar (Ha) lahan dengan 1.000 pohon kakao dan jarak alur baris 4 meter serta jarak antar tanaman 3 meter. “Perbandingan hasil biji kakao kering per pohon mencapai 400 ribu biji, sementara hasil biji kering per kilogram per pohon dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 40 ribu,” ungkap Gasper Samai. Kata Gasper Samai, jika semua rencana tersebut berjalan dengan baik, maka bukan tidak mungkin pendapatan bulanan para petani kakao diperkirakan mencapai sekitar Rp 300 ribu per pohon.
“Dengan adanya program ini, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan para petani kakao di Distrik Yawakukat, serta memberikan dampak positif bagi perekonomian Kabupaten Kepulauan Yapen secara keseluruhan,” tegas Ketua Asosiasi Petani Kakao Kabupaten Kepulauan Yapen, Gasper Samai.