Jakarta, Mediaperkebunan.id – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menerima audensi dengan KOPEK (Koalisi Pemerintah Kabupaten Penghasil Kelapa) di kediaman pribadinya hari Minggu 25/5/2024. Turut hadir Sekjen Ali Jamil, sedang dari Ditjenbun Plt Dirjenbun Heru Tri Widarto, Direktur Tanaman Sawit dan Palma Lainnya Ardi Praptono dan Haris Darmawan, Direktur Hilirisasi Hasil Perkebunan.
Pengurus KOPEK yang hadir adalah Ketua Nelson Pomalinggo dan Sekjen Alias Wello sedang anggota yang hadir adalah para bupati, wakil bupati berserta kepala dinas dan rombonganya. Setelah audensi, KOPEK mengadakan rapat koodinasi. KOPEK akan mengadakan munas tanggal 24 Agustus 2025, mengingat Nelson dan Alias saat ini sudah tidak menjabat sebagai bupati. Mentan sendiri minta supaya Nelson tetap memimpin KOPEK.
Menurut Nelson Pomalinggo dan Alias Wello dari hasil audensi beberapa hal yang harus dibenahi dari KOPEK adalah komunikasi dengan seluruh anggota KOPEK yang telah aktif maupun yang belum harus diperkuat dan diharapkan komitmen semuanya untuk bekerja bersama secara nasional. KOPEK perlu menyiapkan data awal luas dan pengembangannya revitalisai hulu. Mesti ada data tentang eksisting kebun serta lahan yang akan direvitalisasi (replanting) maupun lahan baru baik atau lahan tidur yang akan dikembangkan (tanam baru).
Perlu mengidentifikasi dan menuliskan problem atau masalah-masalah yang dihadapi dan diharap akan diusuilkan atau diselesaikan secara bersama. Usulan tidak hanya bibit, tapi juga masalah lokal lainnya yang berbeda tiap kabupaten seperti irigasi dan tanggul berapa panjang, berapa eksavator atau alat berat lainnya yang dibutuhkan serta problema lain seperti pemupukan, serangan hama dan lain sebagainya.
Perlu merencanakan bentuk hilirisasi yang diharap dikembangkan di kabupaten masing-masing. Rencana ini detail terutama teknis seperti kebutuhan pabrik apa yang akan dikembangkan, berapa volume input atau outputnya serta lokasinya.
Bupati Halmahera Selatan, Maluku Utara , Hasan Ali Bassam Kasuba menyatakan komoditas utama di wilayahnya adalah kelapa, pala dan cengkeh. Kelapa merupakan yang terbesar dengan luas 30.239 ha yang diusahakan oleh petani secara turun temurun. Kelapa diolah jadi kopra hitam untuk memasok industri CNO di di Bitung dan Surabaya. Merupakan komoditas yang selama ini tidak diperhatikan dengan harga yang dirasakan kurang bagi pekebun.
Visi misi daerah adalah agro maritim dengan hilirisasi. Halmahera Selatan sudah ada industri atau pabrik untuk memperkuat ekonomi masyarakat. Masih ada lahan tidur yang bisa ditanami kelapa. Bupati Selayar, Natsir Ali menyatakan luas kebun kelapa di Selayar 26.000 hektar dan 80% produktif.
Pemkab merevitalisasi kelapa tidak produktif dengan program GEMERLAP ( Gerakan menanam lima juta pohon kelapa), dengan populasi 110 bibit per hektar). Kendala utama adalah hama babi, pemkab mengatasinya dengan mengundang pemburu dari Sulut dengan insentif Rp35.000/kg , juga gerakan adat berburu babi dengan hadiah setiap minggu. Masalah lainnya adalah peternakan sapi yang dilepas di kebun kelapa sehingga merusak kebun. Solusinya adalah membangun mini rach sehingga sapi tidak dilepas begitu saja.
Pemkab Selayar siap terlibat akif dalam Gerakan Mengembalikan Kejayaan Kelapa Indonesia. Sangat dibutuhkan adalah benih, kawat duri, eksavator dan bulldozer. Pemkab menyiapkan alat berat dan dioperasikan pemerintah desa dan memberikan upah tanam kepada masyarakat. Tanah Selayar sangat subur, kualitas kelapa, mete dan kunyit Selayar selalu nomor 1.
Bupati Banyuasin, Askolani Jasi menyatakan luas kelapa di wilayahnya mencapai 48.000 ha, terluas di Sumsel. Masih ada potensi lahan tidur 30.000 ha yang bisa ditanami kelapa, atau konversi lahan karet 110.000 ha , milik rakyat 40.000 ha. Masalah utama adalah irigasi, tanggul, benih. Beberapa petani banyak ada yang sudah menggunakan benih unggul. Kelapa afkir akan diolah jadi bioavtur dan bulan depan perusahaan dari Jepang akan datang.
Ditambahkan oleh anggota DPRD Banyuasin, Arisa Lahari bahwa benih kelapa yang digunakan sebagian besar dari Inhil dan banya yang sudah berusia 40 tahun. Banyak yang ditebang dan diganti sawit yang dianggap lebih menguntungkan. Cara menjaga luasan kelapa di Banyuasin adalah jaminan harga karena membuat petani bersemangat. Ada kebun kelapa yang masuk dalam kawasan hutan. Jalan usaha tani juga belum ada. Tidak pernah ada bantuan benih kelapa.
Wakil Bupati Gorontalo Tonny Junus menyatakan perlu pola tanam tumpang sari. Masalah yang dihadapi adalah berkurangnya pemanjat kelapa. Banyak lahan tidur seperti 250 hektar di Asparaga yang perlu ditanami kelapa. Perlu bimbingan dari KOPEK.
Sekda Inhil Tantawi Jauhari menyatakan dengan luas kebun kelapa 425,000 ha menjadikan Inhil negeri hamparan kelapa dunia. Selain kebun rakyat ada kebun swasta sebesar 32.000 ha. Sekitar 160.000 ha kebun kelapa rakyat berada dalam kawasan hutan. Produksi kelapa 6 juta butir/hari. Ada 5 pabrik pengolahan kelapa tetapi tidak mampu menampung semua produksi sehingga perlu 5 pabrik baru.
Butuh kluster industri kelapa rakyat misalnya tiap 500.000 ha. Inhil punya varietas kelapa unggul yaitu Sri Gemilang. Pembenihan kelapa unggul masih jadi masalah sehingga mengusulkan lembaga seperti Balai Perakitan dan Pengujian Palma Manado didirikan juga di Inhil dengan wilayah kerja Pulau Sumatera.
Pemerintah berusaha melakukan perbaikan kebun yang rusak dengan memperbaiki dan membangun tanggul dan pengadaan eksavator 1 untuk setiap kecamatan tetapi belum cukup. Petani masih berbudidaya dengan cara tradisonal perlu perubahan secara struktua sehingga bisa menerapkan GAP.
Diharapkan juga ada tata niaga kelapa sebab harga sekarang ditentukan industri eksisting. Perlu ada harga dasar dan batas atas yang menguntungkan petani. Sejalan dengan Indragiri Hilir, Tanjung Jabung Barat dan Tanjung Jabung Timur Jambi menekankan perlunya perbaikan tanggul dan irigasi pada lahan kebunnya. Keduanya yang bersebelahan dengan Indragiri Hilir memiliki luas kebun kelapa lebih dari 55.000 hektar atau masuk dalam posisi lima besar Indonesia.