Jakarta, Mediaperkebunan.id – Updating Technology & Talent Palm Oil Mill Indonesia (TPOMI) kedua yang akan berlangsung tanggal 18-19 Juli mendatang kerjasama Media Perkebunan dan Perkumpulan Praktisi Profesional Perkebunan Indonesia (P3PI) lahir dari pemikiran praktisi Pabrik Kelapa Sawit (PKS).
“Acara kelapa sawit beberapa tahun terakhir sangat ramai sekali. Tetapi pembahasan sebagian besar di hulu yaitu kebun. Setelah kebun ada hal lain yang sangat penting yaitu PKS. Praktisi juga banyak menghadapi permasalahan PKS,” kata Hendra J Purba, Sekjen P3PI sekaligus Pemimpin Usaha Media Perkebunan.
Timbulnya ide membuat forum praktisi PKS/miller untuk berbagai ilmu dan pengalaman. Posisi pabrik sangat penting untuk menjaga kandungan minyak di TBS hilang karena proses pengolahan yang tidak benar.
Acara 2nd TPOMI ini merupakan acara spektakuler yang mengahdirkan 24 narasumber dalam dan luar negeri serta 35 booth penyedia teknologi.
“Kami langsung eksekusi ide itu, dalam waktu dua bulan TPOMI pertama diadakan. Karena waktu persiapan yang sempit, kami mengadakan TPOMI pertama di Jakarta dengan peserta mencapai 250 orang dan eksibhitor ada 3 perusahaan,” kata Hendra.
Kami melihat memang kebutuhan berbagi ilmu praktisi PKS ini besar. Karenanya, kami mengadakan TPOMI yang kedua di Bandung, lebih besar daripada TPOMI pertama,” lanjutnya.
Bandung sengaja di pilih sebagai simbol kemajuan teknologi. Hari teknologi nasional setiap tanggal 10 Agustus ditetapkan karena terbang perdana pesawat N-250 di Bandung. Bandung juga punya ITB, perguruan tinggi teknik terbaik dan tertua di Indonesia.
Dalam penjelasannya, Hendra juga menjelaskan tentang perhatiannya pada teknologi-teknologi PKS 100 tahun ke belakang. Hal ini menjadi landasan Media Perkebunan mengadakan 2nd TPOMI dengan melibatkan para praktisi PKS Indonesia.
“Teknologi yang dipraktekkan PKS ini sudah 100 tahun begitu-begitu saja. ITB melihat perlu ada pembaruan teknologi kelapa sawit sehingga ikut mendukung acara ini,” kata Hendra.
“Ada 30 perusahaan penyedian teknologi yang menjadi eksibhitor, dan 80% berasal dari luar negeri. Jadi ini kesempatan baik pada praktisi PKS di seluruh Indonesia yang jumlahnya mencapai 1.800-2000 PKS untuk hadir dan mengikuti teknologi terbaru PKS,” pungkasnya.