Tiada habis-habisnya black campaign ditujukan kepada kelapa sawit. padahal kelapa sawit telah memberikan banyak manfaat baik untuk negara ataupun masyarakat.
Helmuth Gasan Tokoh Masyarakat Kecamatan Bukit Batu Palangkaraya menerangkan, lahan yang terbakar pada kilometer 26 atau dua minggu lalu itu tidak benar. Kemudian luasan yang dibakar hanya 2 ha, bukan ratusan hektar. Sebab lahan sudah dibakar pada bulan April 2015, buktinya sudah tumbuh Kelakai, tumbuhan paku khas Kalimantan Tengah.
“Jadi tidak mungkin dua minggu terbakar tanaman tersebut tumbuh. Bahkan diareal tersebut sudah banyak tumbuh pakis ” ujar Helmuth.
Pemerintah tidak bisa memojokan masyarakat setempat, karena orang dayak ingin menanam tanaman kelapa sawit, tapi tidak mempunyai modal. Akibatnya dilakukan pembakaran secara bertahap. Sebelumnya masyarakat membudidayakan tanaman padi gogo dan karet. “Belakangan tanaman-tanaman tersebut tidak menguntungkan lagi karena harganya jatuh. Maka itu, petani berinisiatif menanam sawit,” jelas Helmuth.
Dia menambahkan, peristiwa kebakaran lahan seminggu lalu itu terjadi di Arboretum kilometer 27, dan bukan 26 kilometer dari Kota Palangkaraya. Hal ini juga ingin melruskan pemberitaan di beberapa media beberapa hari belakangan bahwa kebakaran lahan terjadi di 27 kilometer dari Kota Palangkaraya.
Berdasarkan data yang diperoleh dari lapngan, luas areal yang terbakar 24 ha yang dimiliki oleh 24 orang. Satu orang memiliki satu ha atau 1 surat keterangan tanah (SKT). YIN
Baca juga : Jangan Mengkambing Hitamkan Petani (Bagian 1)
1 Comment
Pingback: Jangan Mengkambing Hitamkan Petani (Bagian 2) | PERKEBUNANNEWS