2022, 31 Maret
Share berita:

Jakarta, mediaperkebunan.id – Suka tidak suka harus diakui bahwa tanaman perkebunan tidak hanya memberikan nilai ekonomi bagi negara melalui ekspor tapi juga memberikan nilai ekonomi bagi petani. Hal ini memungkinkan karena terbukti perkebunan telah menjadi sektor strategis yang mendukung kinerja positif pertanian, khususnya selama pandemi Covid-19.

“Tidak hanya sawit, kita punya komoditas unggulan perkebunan lain yang juga memiliki potensi besar, bahkan di pasar dunia, ada kopi, kelapa, jambu mete, kakao, karet, lada, pala, cengkeh, serta komoditas perkebunan lainnya. Potensi ini dapat menjadi modal kita untuk melakukan lompatan-lompatan,” ujar Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.

Atas dasar itulah, Ditjen Perkebunan terus berupaya mendorong dan mendukung dalam meningkatkan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan agar memiliki mutu dan kualitas yang baik dan berdaya saing, termasuk jambu mete.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, terkait Ekspor Komoditas Pertanian khususnya komoditas perkebunan berdasarkan kode HS, tahun 2021 untuk volume Kacang Mete sebanyak 62.472.785,17 kilogram dengan nilai US$ 118.883.280,56.

“Jambu mete merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki nilai strategis dalam pembangunan agribisnis perkebunan, manfaatnya mulai dari akar, batang, daun, biji hingga buahnya,” ujar Plt. Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian (Kementan), Ali Jamil.

Lebih dari itu, jambu mete tidak hanya memberikan multi ekonomi tapi juga multi fungsi. Sebab ada banyak manfaat yang diberikan oleh tanaman jambu mete.

Ali Jamil memaparkan, perkebunan jambu mete juga sebagai salah satu alternatif sumber hijauan yang sangat mendukung perkembangan ternak, karena ditunjang oleh peranan vegetasi lahan sebagai penutup tanah dan pakan ternak, khususnya ternak sapi, dimana kotoran sapi (ternak) dapat juga digunakan sebagai sumber pupuk untuk tanaman jambu mete.

Baca Juga:  PROF PONTEN : PETANI DAN PERUSAHAAN BELUM RUGI DENGA HARGA CPO SEKARANG

Lebih lanjut, dari kulit biji mete dapat menghasilkan minyak mete (CNSL) yang menjadi bahan baku untuk kebutuhan industri kimia seperti cat, vernis, tinta, dan perekat, serta otomotif seperti kanvas rem, minyak rem, pelumas. Dimana pasarnya cukup terbuka dan memiliki nilai ekonomi tinggi.

Tak hanya itu, jambu mete diyakini memiliki manfaat untuk kesehatan, karena memiliki kandungan nutrisi penting seperti karbohidrat, protein, asam folat, hingga vitamin B3. Beberapa kandungan tersebut dipercaya mampu membantu menjaga daya tahan tubuh dan mencegah berbagai macam penyakit.

Tanaman jambu mete memliki karakteristik unik yang mampu tumbuh di lahan kurang subur dan iklim kering. Tanaman ini juga menjadi salah satu alternatif untuk peningkatan pendapatan masyarakat yang berdomisili di lingkungan dengan lahan relatif marginal.

Adapun secara nasional, sentra pengembangan mete di provinsi Nusa Tenggara Timur, Sulawei Tenggara, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, dan Jawa Timur.

Sedangkan untuk untuk di provinsi Jatim, salah satunya di Kab. Sumenep, dimana potensi tanaman mete tumbuh baik dengan produktivitas yang tinggi dan menjadi sumber benih mete lokal dan nasional, karena terdapat pohon induk mete yang telah direkomendasikan. Di wilayah itu juga banyak dijumpai usaha pengolahan mete menjadi kacang mete.

“Dalam upaya pengembangan jambu mete tentunya dihadapkan dengan berbagai tantangan, tentunya pemerintah tak tinggal diam, terus berupaya untuk meningkatkan nilai jual mete melalui pembinaan pekebun, pendampingan baik budidaya, pemeliharaan tanaman atau kebun, perbaikan pengolahan maupun pengemasannya serta upaya lainnya, sehingga produk hasil olahan mete memiliki nilai jual tinggi, mutu kualitas baik, berdaya saing, dan menarik minat pasar global, serta diharapkan mampu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan pekebun,” pungkas Ali Jamil.

Baca Juga:  Awas, 2026 Darurat Kopi