Gubernur Bangka Belitung, Erzaldi Rosman, menyatakan lada merupakan komoditi yang seksi sehingga diminati orang tetapi malah kalah bersaing dengan negara lain. Banyak lada yang direekspor kembali ke sini. Ketika menghadiri konperensi spices dunia di Jaipur India ternyata lada Indonesia tidak kalah mutunya dari negara lain.
Lada bagus Indonesia ini sekarang di manfaatkan negara lain. Sejak tahun 2014 Amerika Serikat dan Eropa hanya sedikit sekali membeli lada asal Indonesia. Mereka lebih banyak membeli lada dari Singapura yang tidak punya pohon lada dan Vietnam yang dulu produksi ladanya dibawah Bangka Belitung tetapi sekarang malah melebihi produksi lada Indonesia.
Dari konperensi rempah dunia ini , dua perusahaan pengolah rempah dunia yaitu McCormick dan Verstegen minta pertemuan dengan Gubernur. Mereka sangat kuatir lada asal Bangka Belitung ini musnah. Mereka selama ini mengaku membeli lada babel yang dikenal dengan nama White Muntok Paper dari Vietnam.
“Kenapa membeli dari Vietnam. Kita minta mereka membeli dari sini. Mereka mau datang ke sini dan melakukan kerjasama dengan Kabupaten Bangka Barat dan Provinsi Bangka Belitung. Mereka ingin jaga tracebility (ketelusuran) sehingga pembeli tahu lada ini asal Bangka Belitung dan Indonesia,” katanya.
Menurut Gubernur yang ditetapkan oleh Ditjenbun sebagai Presiden Lada Indonesia ini, keberadaan lada harus dijaga. Mutu lada Indonesia harus dijaga. Kadar Peperin lada Babel yaitu White Muntok Pepper 6-7% sedang Vietnam hanya 2-3%.
Harga lada turun karena sering dicampur dengan lada Vietnam sehingga mutunya tidak bagus lagi. Kalau masyarakat di Eropa dan Amerika sudah terbiasa mengkonsumsi lada yang dicampur ini maka ke depan tidak ada lagi lada khas white muntok Pepper karena pasar tidak lagi membutuhkan.
Dirjen Perkebunan, Bambang , menyatakan Gubernur Bangka Belitung ditetapkan sebagai Presiden Lada Indonesia karena merupakan produsen lada terbesar. Produktivitas lada Indonesia 800 kg/ha/tahun sedang Vietnam sudah 3 ton ha. Sebenarnya tidak sulit meningkatkan produktivitas asal air, pupuk tersedia dan dipelihara dengan baik.
Saat ini Indonesia menjadi produsen lada terbesar nomor 2 dunia setelah Vietnam. Luas areal cenderung meningkat dan akan terus tumbuh. Lada tumbuh di semua provinsi tetapi yang besar ada 14 provinsi. Sedang yang diatas 3.000 ha ada 8 provinsi yang hadir dalam rapat koordinasi ini. Ke delapan provinsi itu adalah Kepulauan Bangka Belitung, Sumatera Selatan, Bengkulu, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Lampung.
Pengembangan lada mengacu pada kawasan dan sinergi pusat daerah. Hanya provinsi yang serius mengurusi lada yang mendapat alokasi APBN. Masalah utama adalah pembenihan. Maksimum benih yang ada sekarang untuk 8.000 ha. Saat ini persiapkan kebutuhan benih untuk perluasan, rehabilitasi dan peremajaan.