Konsumsi kopi dunia saat ini semakin meningkat, sedang produksi tidak mampu mengejar peningkatan ini. Hal ini mengkuatirkan pelaku usaha, sebab harga kopi bisa sangat tinggi. Irfan Anwar, Ketua Umum AEKI (Asoisasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia) menyatakan hal ini.
Di antara produsen kopi lainnya seperti Brasil, Vietnam dan Kolombia, dunia mengharapkan Indonesia bisa memenuhi kekurangan supply kopi dunia sehingga kesenjangan antara permintaan dan produksi bisa diatasi. Saat ini produktivitas kopi Indonesia masih 740 kg/ha/tahun masih bisa ditingkatkan jadi 1.500-2.000 kg/ha/tahun.
Di Indonesia, 95% kopi dihasilkan oleh petani, sehingga upaya peningkatan produksi harus menyentuh petani dengan segala kelebihan dan kekuranganya. Pemerintah sudah punya program peningkatan produktivitas kopi tetapi keterbatasan anggaran membuat cakupanya jauh dibawah kebutuhan. Karena itu pelaku usaha berusaha menggandeng lembaga pendanaan internasional untuk membiayai upaya peningkatan produktivvitas kopi yang pada akhirnya diharapkan meningkatan pendapatan petani dan devisa negara.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan membentuk Farmer Training Centre dimana ditempat itu petani dapat meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan pendanaan untuk mengelola perkebunan kopinya menjadi lebih baik dan produksi meningkat.
Irfan sebagai Presdir PT Coffindo bekerjasama dengan International Islamic Trade Finance Corporration (ITFC), Pemda Sumut dan AEKI bekerjasama membuat Farmer Training Centre di Kabupaten Pak-Pak, Sumut. ITFC menyumbangkan dana USD70.000, Coffindo memberikan lahan seluas 2 ha dan USD30.000 kepada pemda Pak-Pak untuk pusat pelatihan petani ini.
“Program ini akan digulirkan juga di Lampung dan Jatim. Dalam jangka panjang diharapkan akan dibuat di 8 propinsi sentra utama kopi Indonesia,” katanya.