Italy, perkebunannews.com – Italy adalah bagian dari negara Uni Eropa (UE). UE memang bukan sahabat bagi sawit. Ada idiologi anti sawit di sana. Namun Italy sedikit lebih bersahabat.
“Tapi kita tak boleh habis akal. Mengejar kuda harus pake kuda. Menggandeng orang atau organisasi global satu cara masuk ke UE,” kata Sumarjono Saragih, Ketua Bidang SDM, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), di Italy saat pemaparan kelapa sawit di Indonesia, dihadiri 100 orang lebih dari 38 negara.
Lebih lanjut, menurut Sumarjono , ada panggung di Turin, Italy. Digagas ILO (International Labour Organisation). Salah satu organ PBB yang mengurusi buruh.
Jadi sebenarnya stigma buruk akibat kampanye negatif dan hitam harus di-counter. Salah satu cara, menyampaikan capaian upaya perbaikan. Ada banyak hal baik yang sudah dicapai. Namun belum dibarengi dengan upaya publikasi khususnya global.
“Ini kesempatan bagus menyampaikan buah kerjasama GAPKI-Buruh-Petani bersama ILO,” terang Sumarjono.
Sebab, Sumarjono mengatakan Ada High Level Panel: Promotion Decent Work in Rural Economy. Alias Promosi Kerja Layak (Sawit) di Pedesaan.
Artinya, terhitung sejak 2016 ragam aksi ILO-GAPKI-Buruh sudah dilakukan. Ada pelatihan, workshop, promosi dan implementasi. “Apresiasi kita kepada ILO Indonesia, sudah menjadi mitra penting dalam upaya merubah wajah sawit khususnya aspek buruh. Bahkan diberi panggung publikasi langsung di negara UE,” ucap Sumarjono.
Seperti diketahui diketahui, Sumarjono mengakui bahwa tuduhan UE dan masyarakat global atas sawit cukup banyak. Lingkungan, kesehatan, sosial dan manusia. Dalam aspek manusia sawit dituduh melakukan praktek yang jauh dari kerja layak atau ‘decent work’ yang sudah menjadi acuan global (ILO/PBB).
Atas dasar itulah, untuk merubah wajah sawit Indonesia perlu upaya gotong royong. Perbaikan dalam negeri dan diplomasi global. “Anda tertarik menjadi bagian kerja besar ini? Ini urusan menyelamatkan 16.2 juta manusia yang hidup dari sawit. Juga menjaga industri sawit yang ‘terlanjur’ jantung ekonomi dan devisa negara,” pungkas Sumarjono. YIN