Jakarta, Mediaperkebunan.id – Saat ini konsumen semakin sadar sustainabiility, termasuk pada produk turunan kelapa sawit/minyak sawit. Sustianable product menjadi niche value. Setiadi Diarta, Direktur Industri Hasil Hutan dan Perkebunan, Ditjen Industri Agro, Kementerian Perindustrian menyatakan hal ini pada pemberian sertifikat ISPO oleh PT Global Inspeksi Sertifikasi (GIS).
Kementerian Perindustrian dalam Perpres 44/2020 di beri amanat menyelenggarakan sistim sertifikasi keberlanjutan sektor industri hilir kelapa sawit dan rantai pasoknya. Perpres ini setara dengan Permenperin 45/2022 tentang standar industri. Sistim penyelenggaraan ISPO hilir dan rantai pasok akan menggunakan pendekatan standarisasi industri PTC (Pedoman dan Tata Cara). Penentuan Lembaga Sertifikasi juga mengacu pada Permenperin 45/2022.
Macam-macam Industri yang termasuk ISPO Hilir
Bidang industri yang tercakup dalam ISPO hilir adalah industri rafinasi, confectionary, oleokimia dasar, biodiesel, advance oleokimia , biomaterial dan advanced biodiesel. Minyak PKO yang bersertifikat adalah jembatan ISPO hulu-hilir, di sesuaikan dengan sifat industrinya. Industri perkebunan berbeda sekali dengan industri pengolahan sehingga penanganan aspek sustainable dan aturan ketelusuran berbeda. Sertifikasi ini di harapkan biayanya rendah karena akan menjadi salah satu faktor utama investasi industri hilir sawit.
Integrasi dan sinkronisasi prinsip serta kriteria sustainability pada sektor kelapa sawit hulu-hilir menjadi aspek penting untuk mencapai tujuan ISPO yaitu pembentukan citra positif minyak sawit Indonesia yang sustainable dan tracebility; perluasan aspek pasar produk minyak sawit Indonesia di negara maju; ketahanan mengatasi kampanye negatif; menciptakan branding Indonesia Palm Oil yang kuat , produsen terbesar harus mendapat manfaat terbesar.
CPO yang sudah bersertifikat akan menghasilkan produk hilir juga yang sustainable sepanjang sistem rantai pasok dan da sistem industri pengolah telah telah memenuhi prinsip ketelurusan tinggi, ramah lingkungan dan lestari berkelanjutan.
“Cascading prinsip dan kriteria ISPO hilir di susun terintegrasi untuk memastikan industri pengolahan mampu mempertahankan pencapaian predikat sustainable dari perkebunan, pabrik kelapa sawit hingga bahan baku industri hilir. Kita pastikan tidak memberatkan, terintegrasi antara hulu hilir,” katanya.
ISPO hilir didukung ketelusuran berbasis teknologi informasi terbagi menjadi 1a untuk rafinasi, fraksionasi dan packing; 1 b pabrik PKO; 1 c untuk industri pengolah limbah kebun jadi pupuk organik dan bioetanol. Dari 1a kemudian ada 2a untuk modifikasi oils, texturing, flaking bead dan packing; 2b oleokimia, 2c FAME (biodiesel), 2d biohindrokarbon dan biolubrikan. Dari 1c ada 2e untuk mikronutrisi (DHA).
Dua Model Acuan Penyusunan ISPO Hilir
Ada dua model acuan penyusunan ISPO hilir yaitu Identity Preserve (IP) – Segregrasi (SG) . PKS bersertifikat model ini mengolah TBS dari kebun yang bersertifikat yang secara fisik tidak bercampur dengan TBS dari kebun yang tidak bersertifikat.
Model kedua adalam Mass Balance (MB) jika PKS mengolah TBS dari kebun bersertifikat ISPO dan di campur dengan yang tidak bersertifikat, tanpa pemisahan secara fisik. Platform digital ISPO hilir akan di buat seperti Simirah (Sistim Informasi Minyak Goreng Curah) yang terintegrasi dengan Kementerian/Lembaga lain.