Memang ironis, kakao sebagai salah satu komoditas strategis Kementerian Pertanian, namun di Hari Kakao Indonesia justru tidak terlihat Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman yang seharusnya hadir sebagai penanggung jawab dibidang hulu yaitu produksi.
“Kemana Menteri Pertaniannya? Seharusnya beliau hadir sebagai pernanggung jawab di hulu. Sebab kita tahu industri saat ini sedang berebut pasokan karena kurangnya bahan baku,” kata salah seorang pengunjung di Hari Kakao Indonesia.
Sementara itu, Menteri Perindustrian, Airlangga Hartarto membenarkan bahwa saat ini telah berdiri 20 perusahaan industri kakao. Namun utilitas hanya bisa 49 persen. “Hal ini dikarenakan industri pengolahan kakao kekurangan pasokan bahan baku di dalam negeri,” keluh Airlangga saat membuka Hari Kakao Indonesia, kemarin (5/9), di Jakarta.
Padahal, Airlangga mengakui bahwa industri pengolahan kakao mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan perekonomian negara. Sebab, Pemerintah sendiri telah menetapkan Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPN) 2015 – 2035, dan industri kakao termasuk salah satu industri prioritas yang harus dikembangkan.
“Dalam hal ini pengembangan hilirisasi industri pengolahan kakaodiarahkan untuk menghasilkan bubuk cokelat atau kakao, lemak cokelat atau kakao, makanan dan minuman dari cokelat, suplemen dan pangan fungsional berbasis kakao, kosmetik serta farmasi,” papar Airlangga.
Artinya, Arliangga berjanji, “pihaknya akan terus mendorong hilirisasi industri berbasis agro kakao, melalui pembentukan unit-unit pengolahan industri kakao yang diharapkan dapat menumbuhkan wirausaha-wirausaha baru skala kecil, dan menengah melalui bantuan mesin dan peralatan pengolahan kakao.” YIN