2022, 15 Oktober
Share berita:

Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono mengungkapkan, dengan situasi geopolitik dunia yang dinamis sebagai dampak perang Rusia dan Ukraina, pasokan minyak nabati dan minyak dunia menjadi terganggu terutama karena kedua negara tersebut merupakan penghasil minyak bunga matahari dunia terbesar yang mensuplai lebih dari 60% pasokan minyak bunga matahari di pasar global.

“Terganggunya pasokan minyak bunga matahari di pasar global, menjadikan minyak sawit memiliki peluang yang besar untuk mengisinya. Demikian juga pasokan minyak bumi dari Rusia yang berkurang, memberikan peluang besar untuk biodiesel dari minyak sawit mengisi kekurangan di pasar global,” ungkap Joko.

Berdasarkan data Oil World, pada tahun 2021, Indonesia mensuplai lebih dari 29,7 juta ton minyak sawit ke pasar global setara dengan 55% dari total permintaan minyak sawit global yaitu 53,5 juta ton. Dengan situasi geopolitik dunia yang dinamis sebagai dampak perang Rusia dan Ukraina, pasokan minyak nabati dan minyak dunia menjadi terganggu terutama karena kedua negara tersebut merupakan penghasil minyak bunga matahari dunia terbesar yang mensuplai lebih dari 60% pasokan minyak bunga matahari di pasar global.

Lebih lanjut, Joko pun menjelaskan, dunia industri tentunya sangat terpengaruh oleh setiap kebijakan yang dibuat pemerintah. “Kita dapat melihat kebijakan larangan ekspor sementara memberikan dampak efek domino yang begitu luas di industri sawit Indonesia, sehingga sangat penting pemahaman akan kebijakan-kebijakan baru akan membantu dalam menentukan strategi bisnis perusahaan ke depan,” jelas Joko.

Seperti diketahui bahwa di tahun 2022, industri sawit Indonesia mengalami dinamika pasang surut yang sangat menarik banyak perhatian masyarakat. Meningkatnya harga dan kelangkaan minyak goreng di awal tahun mewarnai pemberitaan media massa, perang Russia dan Ukraina memberikan gelombang besar pada perdagangan minyak bumi dan minyak nabati dunia, pelarangan ekspor minyak sawit sementara oleh pemerintah Indonesia, serta harga minyak sawit melambung tinggi tetapi tidak dapat dinikmati oleh industri minyak sawit Indonesia sebagai dampak dari pelarangan ekspor sementara.
Dalam situasi dunia yang mulai berangsur pulih dari pandemi Covid-19, kini dunia dihadapkan pada resesi ekonomi di berbagai belahan dunia, beberapa negara bahkan telah memasuki resesi ekonomi. Beberapa negara juga dalam ancaman kelaparan, sehingga perserikatan bangsa – bangsa (PBB) memberikan perhatian khusus terhadap ancaman krisis pangan dan energi.

Baca Juga:  Waralaba Sawit Bengkulu Tidak Ada Matinya

Sementara itu, Ketua Panitia Indonesian Palm Oil Conference (IPOC), Mona Surya pun menerangkan, pada penyelenggaraan acara tahunan GAPKI, IPOC akan membahas situasi geopolitik dan ekonomi global terkini. Selain itu IPOC juga secara khusus memberikan informasi perkembangan industri sawit Indonesia dan global terkini juga menganalisis tren harga minyak sawit ke depan.

18th Indonesian Palm Oil Conference and 2023 Price Outlook akan diselenggarakan pada tanggal 2-4 November 2022 di Bali International Convention Center, Westin Resort, Nusadua Bali, dengan mengusung tema “New Landsacpe in World Vegetable Oil : Opportunities and Challenges for Palm Oil Industries.”

IPOC akan menghadirkan Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Perdagangan dan Menteri BUMN untuk memberikan special address terkait kebijakan dan strategi pemerintah dalam menghadapi dinamika ekonomi dunia.

Sudah menjadi tradisi bagi IPOC menghadirkan pembicara-pembicara ahli minyak nabati senior dunia untuk menguak tren harga, seperti Dorab Mistry (Godrej International Ltd), James Fry (LMC International) dan Thomas Mielke (Oilworld).

IPOC digelar setiaptahunnya karena IPOC sebagai wadah para pelaku bisnis dan pemangku kepentingan (stakeholders), pemilik, CEO dan eksekutif, dan para pengambil kebijakan baik tingkat nasional maupun internasional, untuk bersama-sama membahas isu-isu strategis diseputar industri kelapa sawit dari hulu sampai ke hilir.

Mona pun menerangakan, minyak sawit telah menjadi salah satu minyak nabati yang paling penting, yang menyediakan lebih dari 30%dari pasokan minyak nabati dunia. Permintaan minyak sawit untuk pangan dunia dan untuk biofuel terus meningkat setiap tahun.

“Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar memainkan peranan yang sangat signifikan sehingga pasar global mengamati dengan seksama pasar minyak sawit Indonesia. Berdasarkan data Oil World, pada tahun 2021, Indonesia mensuplai lebih dari 29,7 juta ton minyak sawit ke pasar global setara dengan 55% dari total permintaan minyak sawit global yaitu 53,5 juta ton,” pungkas Mona.

Baca Juga:  Lahan Eks PIR di Rohul Seluas 857 Ha Diremajakan