Bandung, Mediaperkebunan.id – Ganoderma merupakan penghuni asli hutan Indonesia sedang kelapa sawit merupakan tanaman pendatang. Patogen asli ketemu pendatang terjadi host jump ditambah dengan buidadaya monokultur dan perubahan agroekosistem maka semakin berkembang. Suryo Wiyono Guru Besar Fakultas Pertanian, IPB University menyatakan hal ini pada 2nd ISGANO 2025 yang diselenggarakan Media Perkebunan bekerjasama dengan P3PI
“Untuk memperkuat ketahanan kebun sawit terhadap Ganoderma maka perlu bahan organik tanah dan keaneka ragaman vegetasi. Sedang faktor pelemahnya yang bisa meningkatkan serangan Ganoderma adalah penggunaan pestisida yang masig, erosi tanah, perubahan iklim, kebakaran dan hujan asam,” kata Suryo.
Hal yang perlu dilakukan adalah menyehatkan tanaman karena Ganoderma menyebabkan tanaman stres/tercekam. Menyehatkan tanaman dengan varietas tanaman tahan, pemupukan organik dan anorganik, pengaturan air, penggunaan mikroba bermanfaat seperti PGPR, PGPF, mikoriza, dan fungi endotifik fungi dan minimalisasi pestisida.
Kemudian sehatkan ekosistem dengan minimalisasi penggunaan pestisida, meningkatkan keanekaragaman vegetasi, menghindari kerusakan lingkungan skala luas, penambahan bahan organik. Contoh cendawan endofit Curvularia Sp EAGS SWY5, Chaetomium sp VN-2, Pyrenochaeta Klp 2. Ketiga cendawan endofit ini mampu mengendalikan Ganoderma pada bibit dengan inokulasi buatan.
Mekanismenya adalah IAA, enzim khitinolitik, pelarutan fosfat dan induksi resistensi. Mikroba lain adalah PGPR, bakteri endofit, yeast/ragi, bakteri kinolitik, mikoriza, trichoderma. Spesies sama tidak berarti keunggulan sama sehingga ada galur mkroba.
Dibuat galur mikroba unggul dari masing-masing kelompok. Menyehatkan tanaman dan lingkungan merupakan kunci pengendalian Ganoderma pada kelapa sawit.