Jakarta, mediaperkebunan.id – Selama ini tentu para stakeholder di industri kelapa sawit tentu akrab dengan hama ganoderma dan kumbang tanduk (Oryctes Rhinoceros) yang kerap menjadi pengganggu atau musuh sawit dalam pertumbuhan dan produksi tanaman kelapa sawit.
Tetapi ternyata, selain dua hama tersebut, ada satu hama lagi yang sama bahayanya namun kerap tidak terlihat. Hama tersebut lebih di kenal dengan nama tungau merah atau Oligonychus sp (Arachnida: Acari: Tetranychidae).
Diketahui bahwa musuh sawit ini adalah salah satu genus tungau pada famili Tetranychidae. Banyak spesies dalam famili ini yang menjadi hama tanaman, lebih dari 200 spesies yang telah di deskripsikan.
Tungau yang menyerang tanaman kelapa sawit, seperti di kutip Media Perkebunan dari laman resmi Dinas Perkebunan (Disbun) Provinsi Lampung, Selasa (14/1/2025), adalah tungau merah (Oligonychus).
Bagian dari tanaman sawit yang paling sering di serang adalah pada daun, dan biasanya mengakibatkan daun berubah warna menjadi kuning coklat berkarat atau jingga.
Tungau ini berukuran di ketahui berukuran mini, yaitu 0,5 milimeter (mm). Imago betina dari tungau ini di ketahui berbentuk bulat elips, sedangkan imago jantan bentuknya membulat dan menyempit pada bagian posterior.
Tungau merah ini hidup di sepanjang tulang anak daun sambil mengisap cairan daun sehingga warna daun berubah menjadi mengkilat berwarna kecoklatan.
Yang harus di ingat adalah bahwa hama tungau ini berkembang pesat dan membahayakan dalam keadaan cuaca kering pada musim kemarau. Gangguan tungau pada persemaian dapat mengakibatkan rusaknya bibit. Tungau ini bisa menyerang pada saat tanaman yang sudah menghasilkan (TM) atau tanaman belum menghasilkan (TBM).
Yang kerap tidak kita sadari adalah Tungau ini bersembunyi di balik daun sehingga sering tidak terlihat dengan mata. Adapun serangan dari Tungau merah biasanya di tandai dengan adanya muncul bintik kuning di permukaan daun.
Pengendalian terhadap tungau merah ini dapat di lakukan dengan berbagai cara dengan memperhatikan konsep pengendalian hama terpadu (PHT). Pengendalian secara biologis di lakukan dengan mengandalkan musuh alami (predator) antara lain genus Amblyseius, Metaseiulus, Phytoseiulus, Stethorus, dan Orius.
Penyemprotan dengan akarisida bisa di lakukan dengan menggunakan bahan aktif tetradion 75,2 gram per liter (Tedion 75 EC) di semprotkan dengan konsentrasi 0,1-0,2 persen.