Surabaya, mediaperkebunan.id – Tim peneliti dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya telah berhasil menciptakan teknologi yang bisa mempercepat dan mendukung perkebunan kelapa sawit sebagai sektor strategis nasional.
Tiga inovasi teknologi tersebut, seperti keterangan resmi yang diperoleh mediaperkebunan.id, Jumat (27/6/2025), didukung sepenuhnya oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP), dan bisa dipakai oleh para pelaku usaha sawit, termasuk di tingkat petani.
Ketiga inovasi itu, kata salah satu ketua tim peneliti dari ITS, Dr Lila Yuwana SSi MSi, yakni iFovib-G, yakni robot cerdas yang mampu mendeteksi penyakit jamur atau ganoderma boninense di tanaman kelapa sawit sejak dini.
Lila Yuwana menjelaskan, dengan menggunakan kombinasi teknologi foton dan getaran, iFovib-G dapat mendeteksi dan berpotensi menghambat pertumbuhan jamur yang menjadi momok utama para petani kelapa sawit.
“Deteksi dilakukan bahkan sebelum gejala terlihat di permukaan batang, sehingga tindakan pencegahan dapat segera diambil,” jelas dosen Departemen Biologi ITS ini.
Lalu, ujarnya, inovasi kedua diciptakan untuk menjawab tantangan pengangkutan tandan buah segar (TBS), yaitu gerobak ngikut listrik atau electric wheelbarrow.
Gerobak ini, kata dia, memiliki sistem dua roda depan dan differential axle, dan mampu mampu bermanuver di lahan sempit dan menanjak tanpa membebani tenaga petani sawit.
“Gerobak ini juga dapat di-charge menggunakan solar panel dan memiliki jarak tempuh hingga 10 kilometer per pengisian,” paparnya.
Kemudian untuk inovasi yang ketiga, Lila Yuwana mengatakan kampus ITS mempersembahkan egrek digital sebagai alat panen TBS sekaligus pemotong pelepah sawit hasil penelitian dari tim yang dipimpin oleh Dr Eng Erwin Widodo ST MEng.
Mengusung nama Egrek Merah Putih, Lila Yuwana menjelaskan bahwa alat ini memiliki sensor sudut, sistem bantu potong, serta kamera pendeteksi tingkat kematangan buah berbasis machine learning.
Lila Yuwana menjelaskan bahwa ketiga inovasi tersebut telah diuji coba langsung di salah satu perkebunan yang ada di Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel) dan juga di kota Surabaya.
Hasilnya, kata dia, para para petani merespons positif berkat efisiensi kerja dan pengurangan kelelahan fisik.
Produk-produk ini pun tengah disiapkan untuk proses komersialisasi melalui Asosiasi Inventor Indonesia (AII) setelah masa riset berakhir pada 2025.
Kolaborasi antara ITS dan BPDP ini menjadi wujud nyata bagaimana riset akademik dapat menjawab tantangan nasional.
Dengan terus mendorong hilirisasi inovasi, ITS berharap mampu memperkuat peran perguruan tinggi dalam mendukung sektor sawit yang lebih berkelanjutan, efisien, dan mandiri.
Melalui ketiga inovasi tersebut, ITS turut mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs).
Khususnya untuk poin ke-3 tentang kehidupan sehat melalui deteksi penyakit tanaman, poin ke-7 tentang energi bersih dengan pemanfaatan tenaga surya, dan poin ke-8 dalam peningkatan produktivitas kerja petani.